Menjelang Pemilihan Presiden 2019, suasana kebangsaan semakin dinamis. Berbagai manuver dan pendekatan kepada kelompok-kelompok warga bangsa dilakukan untuk kepentingan kemenangan pasangan Calon Presiden/Calon Wakil Presiden. Tak terkecuali kepada Keluarga Gus Dur dan kepada jutaan Pengikut Gus Dur melalui berbagai kelompoknya. Inspirasi warisan perjuangan Gus Dur yang masih sangat relevan, dikombinasikan dengan keteguhan merawat para Pengikut Gus Dur selama ini, nyata-nyata berdampak pada pengaruh yang tetap besar dari sosok Gus Dur dan keluarga. Hal ini menyebabkan ramainya pendekatan partai politik kepada Keluarga Gus Dur dan para Pengikut Gus Dur di setiap perhelatan politik bangsa ini.
Keluarga Gus Dur merawat warisan perjuangan Gus Dur melalui berbagai strategi. Peran Gus Dur secara garis besar dapat dipetakan sebagai seorang ulama, sebagai seorang pejuang kemanusiaan dan demokrasi, sebagai seorang penggerak kultural, dan sebagai seorang politisi. Peran yang sangat lengkap ini berdampak pada strategi merawat inspirasi perjuangan Gus Dur.
Secara garis besar, Keluarga Gus Dur mengambil peran menjadi pengayom bagi semua, terutama Ibu Sinta Nuriyah Wahid. Secara khusus, warisan Gus Dur sebagai pejuang kemanusiaan dirawat oleh Jaringan GUSDURian Indonesia. Sedangkan warisan Gus Dur sebagai politisi dan Negarawan dirawat melalui Gerakan Kader Gus Dur.
Pada hari Rabu, 26 September 2018, Yenny Wahid mengumumkan Deklarasi Dukungan Konsorsium Kader Gus Dur kepada pasangan Capres Joko Widodo – Cawapres KH Ma’ruf Amin. Berbagai media kemudian menyebutkan bahwa deklarasi ini merupakan sikap Gusdurian dalam Pemilihan Presiden 2018. Penyelarasan informasi yang dilakukan setelahnya juga dipelintir oleh sementara pihak sebagai perpecahan di dalam tubuh keluarga Gus Dur.
Atas dinamika ini, Jaringan GUSDURian Indonesia menyampaikan beberapa klarifikasi sebagai berikut:
1. Jaringan GUSDURian Indonesia adalah arena berkumpul dan bekerjasama para GUSDURian. GUSDURian adalah Pengikut Gus Dur yang secara aktif merawat dan melanjutkan warisan perjuangan Gus Dur dalam ruang-ruang pendampingan masyarakat, terutama masyarakat yang dilemahkan (kaum mustadh’afin). Sebagai panduan gerakan sosialnya, Jaringan GUSDURian Indonesia bersandar pada 9 Nilai Utama Gus Dur, yang menjadi saripati spektrum perjuangan Gus Dur yang luas.
2. Pilihan strategi gerakan Jaringan GUSDURian dilandaskan pada kesadaran bahwa spektrum perjuangan Gus Dur sangat luas dan memiliki watak ruang perjuangan yang berbeda. Watak gerakan sosial kemasyarakatan tidak mudah untuk disatukan dengan watak gerakan politik.
3. Karena keragaman watak tersebut, Jaringan GUSDURian Indonesia sejak dirintisnya medio 2010 telah menetapkan garis strategi perjuangan dalam gerakan sosial (masyarakat sipil), dan sebagai konsekuensinya tidak melibatkan diri dalam arena politik elektoral atau politik praktis baik pada tingkat nasional maupun tingkat lokal.
4. Sampai saat ini, Jaringan GUSDURian Indonesia telah tersebar di berbagai penjuru Indonesia dan beberapa kota dunia. Sebagian besarnya membentuk Komunitas Gusdurian tingkat kota yang telah mencapai lebih dari 110 kota (dalam catatan Pertemuan Nasional Penggerak Agustus 2018). Sikap konsisten dan teguh pada strategi gerakan sosial menjadi salah satu faktor kepercayaan publik kepada Jaringan GUSDURian Indonesia.
Mengacu pada fondasi di atas, Jaringan GUSDURian mempertegas sikap berikut ini:
1. Dalam proses Pemilihan Presiden 2019, Jaringan GUSDURian Indonesia tetap teguh untuk tidak terlibat dalam politik elektoral.
2. Sikap tidak terlibat politik elektoral telah diperkuat secara sungguh-sungguh oleh setiap lini Jaringan GUSDURian mulai dari jaringan nasional sampai lokal kabupaten/kota, bukan hanya pada Pemilihan Presiden 2019 ini, namun semenjak dirintisnya.
3. Jaringan GUSDURian mendorong para GUSDURian untuk menyalurkan hak politiknya sebagai warga negara, dengan keikhlasan untuk tidak membawa atau mengatasnamakan Gusdurian dan Jaringan GUSDURian Indonesia. Sikap ikhlas ini diperlukan untuk menjaga garis perjuangan dan kredibilitas Jaringan GUSDURian Indonesia.
4. Dalam konteks warisan perjuangan Gus Dur sebagai politisi, seluruh pengikut Gus Dur dapat mengikuti gerakan politik Kader Gus Dur sebagai saluran aspirasi, bukan melalui Jaringan GUSDURian Indonesia.
5. Jaringan GUSDURian Indonesia memahami kesalahpahaman publik dan media, mengingat gerakan masif yang selama ini lebih dikenal adalah Jaringan GUSDURian Indonesia sebagai gerakan sosial dengan program-program akar rumput yang kuat.
6. Jaringan GUSDURian Indonesia meminta bantuan kepada publik dan media untuk menjernihkan kesimpangsiuran ini, karena berdampak kepada gema gerakan sosialnya. Semisal, saat ini Jaringan GUSDURian Indonesia sedang melaksanakan program Desa Tangguh Bencana di Lombok. Dampak pemberitaan tentang dukungan GUSDURian dalam Pilpres 2019 mengakibatkan pertanyaan apakah program tersebut terkait dengan kampanye Pilpres.
7. Pemelintiran bahwa penegasan sikap Jaringan GUSDURian Indonesia menunjukkan perpecahan dalam keluarga Gus Dur adalah salah kaprah, baik disengaja maupun tidak. Strategi yang berbeda-beda dalam merawat warisan perjuangan Gus Dur adalah untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menegasikan. Baik Gerakan Kader Gus Dur maupun gerakan sosial Jaringan GUSDURian Indonesia, juga anggota keluarga Gus Dur yang lain, bergerak ke arah yang sama: demi kemaslahatan bangsa.
Demikian sikap Jaringan GUSDURian Indonesia mengenai Pemilihan Presiden 2019. Semoga Tahun Politik ini tidak menjadi ajang perpecahan namun menjadi ruang tumbuh bagi bangsa dan rakyat Indonesia untuk memantapkan demokrasi sebagai jalan untuk mewujudkan cita-cita bersama yaitu bangsa yang adil makmur sentosa.
Gus Dur telah meneladankan, saatnya kita melanjutkan.
Salam,
Alissa Wahid
Koordinator Nasional
Jaringan GUSDURian Indonesia