Pandemi Covid-19 di Iran adalah bagian dari pandemi yang melanda dalam skala global. Iran secara secara resmi mengumumkan kasus pertama yang dikonfirmasi pada 19 Februari 2020 dan negara ini masih berjuang melawan virus di tengah sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap negara tersebut. Sementara di AS, kasus pertama yang dikonfirmasi positif adalah pada Januari 2020. Kematian pertama yang diketahui terjadi pada Februari 2020 dan menyebar ke seluruh 50 negara bagian pada akhir Maret 2020.
Sejak itu, kedua negara memerangi virus masing-masing dan dinilai sebagai salah satu yang paling parah terpukul oleh virus. Bahasan singkat ini akan mencoba untuk melihat bagaimana masalah ini terlihat lebih ramai dibahas dalam konteks ‘konflik politik’ antara kedua negara.
Tiga kata kunci (Iran, AS dan Covid-19) akan dijelaskan secara singkat melalui kasus-kasus berupa sanksi, pertukaran tahanan, pemilihan presiden AS mendatang, dan tawaran dialog oleh AS di bawah administrasi Trump sehingga Iran menanggapi hal itu. Terakhir, peluang atau harapan apa yang bisa muncul dari kasus tersebut.
Covid-19 memperburuk situasi di Iran yang sudah terpukul oleh sanksi AS. Lebih buruk lagi, AS memiliki angka kasus dan kematian terkonfirmasi tertinggi di dunia yang disebabkan oleh virus ini. Sejak awal penyebaran wabah, Iran telah menuduh AS dan sekutunya sebagai bagian dari konspirasi melawan Iran dan telah menyuarakan bahwa Covid-19 sebagai ‘Invasi Biologis Amerika’.
Hal ini juga untuk membuktikan bahwa AS selalu menyebabkan kekerasan dan kerusakan terhadap garis ideologis dasar negara itu. Adapun AS, antara lain melalui beberapa media, juga menuduh pemerintah Iran menutupi informasi penyebaran virus mematikan ini, bahkan pada awal Februari 2020.
Saat ini Iran dan AS pada awal Juni 2020 telah melakukan pertukaran tahanan antara antropolog Iran Dr. Sirous Asgari dan seorang veteran Angkatan Laut AS Michael White, keduanya dilaporkan positif Covid-19. Dengan demikian kasus pertukaran tahanan ini hampir pasti terkait dengan penyebaran Covid-19 di kedua negara.
Iran dan AS merespons pertukaran ini secara politis. Setelah pembebasan Dr. Sirous Asgari dari penjara AS, otoritas Iran menyatakan bahwa pembebasan itu disebabkan oleh kondisi yang tidak manusiawi di fasilitas penahanan AS dan kondisi kesehatan yang memburuk dari tahanan Iran yang disebabkan oleh Covid-19, yang kemudian dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia oleh AS.
Di sisi lain, Presiden Trump dalam langkah yang jarang sekali terjadi, berterima kasih kepada Iran dan menekankan bahwa pembebasan tahanan AS dari pusat tahanan Iran sebagai pembukaan untuk kemungkinan dialog dengan Iran. Presiden Trump juga menghubungkan pembebasan Michael White dengan pemilihan Presiden AS mendatang pada November 2020, karena pembebasan itu sudah dilakukan tanpa menunggu momentum pemilu yang dia yakin akan menangkan kembali.
Sementara Iran, menanggapi tawaran dialog dari Trump, menyatakan bahwa AS harus terlebih dahulu mencabut sanksi terhadap Iran.
Iran dan AS masih terus ‘berinteraksi’ dan ‘berkomunikasi’ satu sama lain dengan cara apa pun dan hampir dalam situasi atau masalah apa pun, khususnya di tengah pandemi Covid-19. Dan ‘interaksi’ kedua negara ini masih dilihat sebagai ‘blame game’.
Pandemi Covid-19 tampaknya masih lama dan jauh di depan mata akan berakhir – untuk tidak menyebutnya memburuk – di mana saja termasuk di Iran dan Amerika Serikat. Bagaimana politik Covid-19 itu muncul, Iran dengan respons kuat dan Trump AS dengan tawaran dialognya yang jarang terjadi, tidak berlebihan untuk mengharapkan kedua negara sepakat dengan pendekatan kemanusiaan sebagai bagian dari perjuangan global/kolektif melawan pandemi.
Bagaimanapun, memiliki sikap positif dan memelihara optimisme adalah hal yang baik.
Sumber: islami.co