Desember menjadi bulan penting mengingat kembali sosok, pemikiran, perjuangan guru bangsa, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang wafat di akhir bulan Desember 2009. Para sahabat, keluarga, kerabat, pengikut dan murid-muridnya kerap menyebut bulan Desember adalah #BulanGusDur. Bulan di mana ramai pagelaran budaya, diskusi, seminar, pengajian di berbagai tempat, daerah, dalam rangka memperingati Haul Gus Dur.
Namun sejak pandemi kegiatan yang biasa dilakukan secara offline berganti menjadi online. Moment ini tidak menyurutkan gerakan komunitas Jaringan GUSDURian untuk tetap menggelar kegiatan Temu Nasional (Tunas) 2020 yang bertujuan untuk merumuskan arah gerak Jaringan GUSDURian secara daring.
Pada 7 Desember hingga 16 Desember lalu untuk pertama kalinya penulis hadir dan mengikuti rangkaian acara Temu Nasional (Tunas) 2020, agenda rutin dua tahunan Jaringan GUSDURian yang diikuti oleh seluruh komunitas GUSDURian baik di Indonesia maupun di luar Negeri dengan mengangkat tema ”Menggerakkan Masyarakat, Memperkuat Indonesia.” Penulis hadir sebagai salah satu delegasi GUSDURian Bekasi Raya yang dikoordinatori oleh Kang Shofiyulloh.
Dua tahun sebelumnya Temu Nasional (Tunas) ini diselenggarakan di Asrama Haji Yogyakarta, namun saat itu penulis belum mengenal atau gabung dengan komunitas GUSDURian. Syukurlah agenda Temu Nasional 2020 tempo hari digelar secara virtual dan terbuka untuk umum. Seandainya acara digelar secara offline pun kemungkinan besar penulis tidak bisa menghadiri agenda tersebut karena tuntutan pekerjaan yang tak bisa ditinggal.
Agenda yang diselenggarakan sepuluh hari itu cukup menarik bagi penulis yang baru pertama kali ikut. Pasalnya ada beberapa rangkaian kegiatan dan forum yang membahas isu- isu strategis yang mengundang berbagai pakar. Dari puluhan forum penulis hanya mengikuti beberapa agenda saja yakni Pembukaan, forum isu strategis, forum penguatan komunitas, kelas inspirasi, festival budaya , press conference serta penutup dan Haul Gus Dur ke-11.
Agenda Tunas sebetulnya bertepatan dengan kegiatan kelas menulis NU Online yang sedang penulis ikuti selama tiga bulan ke depan. Sehingga ada dua keuntungan yang penulis dapatkan dari kegiatan Tunas; pertama, penulis hadir sebagai peserta dan menyimak diskusi yang dipaparkan oleh para expert. Kedua, penulis ikut serta terlibat sebagai reporter yang membantu media partner Tunas GUSDURian.
Bermula dari tugas dari kelas menulis NU Online untuk membuat berita, penulis memberanikan diri untuk mengirim pesan via Whatshap kepada Mas Sarjoko saat itu, untuk menanyakan pengiriman berita yang dikirim melalui media GUSUDRian. Tak disangka Mas Sarjoko mengajak penulis untuk terlibat dalam grup reportase Tunas bersama para redaktur media partner dan reporter lainya.
Pengalaman pertama terlibat reportase ini menarik bagi penulis, pasalnya di hari kedua meliput forum isu strategis “Pribumisasi Islam” ternyata jumlah narasumber diluar ekspetasi penulis. Seingat penulis ketika mendaftarkan diri di forum tersebut hanya ada dua narasumber, ternyata ada 15 tim perumus dalam satu forum isu strategis.
Setelah menyimak forum pribumisasi islam, penulis mulai menuliskan hasil dari perspektif berbagai narasumber kemudian di edit ulang lalu dikirim ke grup reportase Tunas 2020 untuk kemudian dimuat berbagai media yang ada seperti NU Online, Islami.co, Alif.id, Mubadalah.com, Neswa.id, arrahim.id, bincang syariah.
Awalnya penulis ragu kalau hasil liputan dimuat beberapa media, karena pengalaman penulis pertama kali liputan dan mengirim naskah satu hari setelah acara, padahal penulis sendiri masih minim dalam menyusun naskah berita, berbeda dengan reporter lainya yang memang memiliki basic dalam menulis berita.
Namun dari moment itulah penulis belajar banyak sekali misal jenis penulisan berita straight news, value news serta gaya penulisan yang menarik untuk dimuat beberapa media, yang sebetulnya materi tersebut belum diajarkan oleh tutor dalam kelas menulis yang sedang penulis ikuti. Setidaknya penulis belajar banyak dari beberapa redaktur media partner saat itu.
Pada liputan berikutnya, penulis dihubungi teman yang juga mendapatkan tugas reportase di hari ketiga, ia kaget dengan jumlah narasumber dalam forum yang tidak sama dengan flyer yang ada. Mungkin ia juga sama seperti penulis baru pertama kali mengikuti Temu Nasional Jaringan GUSDURian 2020.
Selain pengalaman reportase, penulis juga tertarik dengan topik-topik yang diangkat dalam setiap sesi. Tidak hanya itu kehadiran 147 komunitas GUSDURian dalam acara tersebut juga menggugah rasa penasaran penulis pada dinamika aktivisme beserta konteks-konteks sosial, ekonomi, budaya ,politik yang turut mempengaruhi kegiatan di masing-masing komunitas daerah.
Terakhir dari beberapa isu yang penulis ikuti dan dibahas yang berlangsung selama dua jam tersebut, ada yang menarik perhatian penulis utamanya soal isu anak dan perempuan, isu HAM yang cukup krusial dalam beberapa tahun ini kemudian kesaksian-kesaksian sahabat Gus Dur dalam berbagai problem yang baru penulis dengar kisahnya.
Dari kegiatan Temu Nasional (Tunas) 2020 banyak wawasan, upaya-upaya penguatan, pemberdayaan untuk penggerak Gusdurian khususnya dan masyarakat pada umumnya.