Wahid Foundation melalui Kelompok Kerja (Pokja) Desa Damai Payudan Dundang berkolaborasi dengan GUSDURian Sumenep menyelanggarakan Haul Gus Dur dan Kongkow Budaya pada Ahad (20/12/2021) malam di Balai Desa Payudan Dungdang, Kecamatan Guluk-Guluk.
Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan yang sudah diagendakan oleh Penggerak GUSDURian Sumenep yang bekerja sama dengan dua puluh komunitas sekecamatan Guluk-Guluk dalam rangka memperingati Haul Gus Dur yang ke-12.
Mukhlis, Sekretaris Desa setempat yang memberikan sambutan mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan momentum kebangkitan komunitas-komunitas yang aktif di Kecamatan Guluk-Guluk.
Sementara itu, CO Wahid Foundation, Ulfatun Hasanah mengatakan bahwa acara dengan tema “Eksistensi Pemuda untuk Perdamaian dan Toleransi” ini diharapkan para pemuda menjadi sosok perubahan di desanya masing-masing.
“Kita berkiprah di mana saja yang penting bisa mewujudkan toleransi dan perdamaian. Haul Gus Dur ini menjadi spirit sehingga perjuangan kita memiliki dampak yang baik di masyarakat, melaksanakan aksi-aksi desa damai,” ungkapnya.
Perempuan yang juga aktif di Lakpesdam PCNU Kabupaten Sumenep tersebut menambahkan bahwa dalam program aksi desa damai yang dilaksanakan di Desa Payudan Dungdang tersebut memang dikhususkan bagi kalangan pemuda. Sebab, di masing masing desa binaan memiliki spesifikasi yang berbeda.
“Payudan lebih kepada pengembangan pemuda dan pemudi sedangkan di Guluk-guluk lebih kepada kompolan-kompolan seperti program Esto Damai,” katanya.
Di kesempatan itu, Kiai Muhammad Shalahuddin atau biasa dipanggil Ra Mamak menyampaikan gagasannya tentang Pemuda Produktif. Menurutnya, semangat yang bisa diambil dalam memaknai haul Gus Dur adalah produktivitas.
“Mereka berpikir keras karena produktivitas mereka rendah. Berpikir produktif bagaimana sikap keseharian kita mendukung situasi produktif dalam berbagai bidang. Karena, tidak semua dari kita adalah komunitas produksi,” tegasnya.
Baginya, pemuda harus produktif dan harus mendukung situasi lingkungannya seperti ekonomi, politik, dan budaya. Sikap produktif itu harus berkualitas sehingga pemuda mendapatkan kepercayaan serta bisa bersinergi dan berkolaborasi.
Sedangkan, menurut Kiai Faizi, ektremisme terjadi kepada mereka yang pengetahuannya dangkal dan mudah percaya.
Penulis buku Merusak Bumi dari Meja Makan tersebut mengingatkan agar pemuda bisa menjaga kepercayaan dengan baik. Sebab, pemuda adalah masa masa yang paling tepat dibentuk.