Dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke-12, GUSDURian Ciputat gelar bedah buku Gender Gus Dur: Tonggak Kebijakan Kesetaraan Gender Era Presiden Abdurrahman Wahid pada Sabtu (22/01 2022), pukul 19:30 WIB. Acara tersebut diselenggarakan secara online via Zoom meeting.
Bedah buku kali ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Ashilly Achidsti (Penulis buku) dan Qatrun Nada (Anggota PP IPPNU), serta dimoderatori oleh Pahmi Taftazani (Penggerak GUSDURian Ciputat).
Rafi Soyfan Tsauri selaku ketua pelaksana mengucapkan rasa terima kasihnya kepada kedua narasumber dan para hadirin. Ia menjelaskan bedah buku ini merupakan bagian dari rangkaian acara Haul Gus Dur.
“Bedah buku Gender Gus Dur merupakan salah satu rangkaian dari acara bulan Gus Dur, atau Haul Gus Dur yang diadakan GUSDURian Ciputat,” ujar Rafi.
Ashilly Achidsti selaku narasumber menyampaikan bahwa buku Gender Gus Dur: Tonggak Kebijakan Kesetaraan Gender Era Presiden Abdurrahman Wahid secara singkat mengungkap kebijakan Gus Dur terkait kesetaraan gender di Indonesia.
“Ada tiga fase agar saya mudah untuk menyebutkannya. Pertama adalah proses sebelum Gus Dur menjadi presiden, kedua adalah saat Gus Dur menjadi presiden, dan ketiga adalah saya mencoba untuk membahas isu-isu kontemporer setelah Gus Dur menjadi presiden,” ungkapnya.
Lebih jauh Ashilly Achidsti menjelaskan saat Gus Dur menjadi presiden secara garis besar ada tiga hal yang telah dilakukannya. Pertama, Gus Dur berhasil menyeret isu gender ke tengah pusaran pemerintahan. Menurutnya, isu gender baru terdengar di pusaran pemerintahan setelah 20 tahun lamanya isu gender masih sunyi terdengar.
“20 tahun lalu, sekitar tahun 2001 itu masih sangat jarang diangkat dalam level tata pemerintahan nasional,” ucapnya.
Kedua, Gus Dur berhasil menempatkan orang-orang yang memiliki rekam jejak aktivisme kesetaraan gender menjadi circle terdekat beliau dalam menyusun dan mengimplementasikan kebijakan kesetaraan gender.
Ketiga, dengan inisiatif dan kewenangan kala Gus Dur menjabat presiden, Gus Dur berhasil melakukan perubahan kebijakan. Mengubah nama Kementerian Urusan Peranan Wanita menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan misalnya.
Di akhir pemaparannya, Ashilly Achidsti mengatakan bahwa sangat terlihat kentara ada nafas yang berbeda antara era Orde Baru dengan masa pemerintahan Gus Dur.
“Di masa pemerintahan Gus Dur, perempuan itu diubah perannya dari peran yang hanya dilihat sebagai objek kebijakan menjadi subjek kebijakan,” kata perempuan jebolan UGM tersebut.
Sementara itu, Qatrun Nada narasumber kedua membeberkan bahwa Gus Dur lahir dan besar sebagai orang yang multi nilai. Tidak hanya keseteraan gender yang diperjuangkan oleh Gus Dur. Gus Dur telah memperjuangkan banyak nilai-nilai. Menurutnya, buku ini hadir sebagai tafsir dari salah satu nilai yang Gus Dur perjuangkan.
Selain itu, buku Gender Gus Dur tidak hanya hadir untuk mengkritik Orde Baru, melainkan kesetaraan gender bagi Gus Dur adalah sebuah panggilan jiwa.
“Gender Gus Dur tidak hanya lahir untuk mengkritik Orde Baru, tapi juga sebagai panggilan jiwa, panggilan kecenderungan Gus Dur, panggilan kemanusiaan. Bahwa kesetaraan itu adalah hal yang harus dilakukan di muka bumi,” tutur Qatrun Nada.
Acara ini dihadiri oleh puluhan peserta Muhibbin Gus Dur dan berlangsung begitu menarik. Sebelum acara bedah buku dimulai, acara ini didahului dengan doa lintas iman yang dibacakan oleh umat muslim dan umat umat kristiani.
Rangkaian puncak Haul Gus Dur yang diadakan GUSDURian Ciputat ke-12 akan diselenggarakan secara offline pada tanggal 29 Januari 2022 mendatang. Haul ini mengusung tema “Malam Kebudayaan Gus Dur”.