Jaringan GUSDURian bersama Co-Koordinator Wilayah Jatim mengadakan “Workshop Peningkatan Kapasitas Komunitas GUSDURian se-Jawa timur”. Acara ini berlangsung di Villa Panderman View Batu, Jawa Timur pada Jumat-Minggu (10-12/6/22) lalu.
Workshop Peningkatan Kapasitas Komunitas GUSDURian se-Jawa timur kali ini merupakan gelombang pertama yang diikuti oleh komunitas dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti GUSDURian Batu, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Pare, Blitar, Tulungagung, Ponorogo, Trenggalek, dan lain-lain.
Kegiatan ini merupakan pertemuan pertama yang dilakukan Jaringan GUSDURian, Co-Koordinator Wilayah Jatim, dan Komunitas GUSDURian Jawa Timur secara tatap muka. Selama pandemi Covid-19 pertemuan komunitas sering kali diadakan secara daring. Sedangkan dalam kegiatan offline, Jaringan GUSDURian lebih banyak melakukan gerakan sosial-kemanusiaan melalui komunitas yang tersebar di berbagai daerah.
Pertemuan ini didasarkan pada situasi dan kondisi yang telah berbeda, cenderung cepat berubah, dan membuat para penggerak GUSDURian membutuhkan ruang bertemu dan berbincang tentang keberlanjutan komunitas GUSDURian di setiap daerah. Situasi pandemi juga sudah mulai landai sehingga pertemuan komunitas untuk menentukan orientasi strategis gerakan GUSDURian di tingkat lokal menjadi penting dilakukan.
Workshop tersebut menghadirkan beberapa narasumber dan fasilitator, di antaranya adalah Jay Ahmad (Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian), Nur Solikhin (Koordinator Divisi Pengembangan Kaderisasi Komunitas Seknas GUSDURian), Masrukin (Co-Koordinator Wilayah Jatim), Zen Haq (Co-Koordinator Wilayah Jatim), Masruro (Co-Koordinator Wilayah Jatim), dan Imam Maliki (Co-Koordinator Wilayah Jatim).
Dalam sambutannya, Imam Maliki sebagai perwakilan dari Co-Koordinator Wilayah Jatim menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya atas terselenggaranya workshop ini.
“Harapan selama tiga hari ini kiranya Komunitas GUSDURian se-Jatim ini bisa kembali semangat dan termanagemen dengan baik, sehingga kita bisa menyemai 9 NPK Gus Dur secara masif dalam setiap aktivitas gagasan dan gerakan di masing-masing komunitas. Semoga nantinya kita mampu menjadi penggerak dengan berbasis nilai yang menjadi spirit perjuangan yang dilakukan oleh mendiang Gus Dur,” ujarnya.
Penekanan workshop selama tiga hari ini adalah masing-masing peserta yang mewakili komunitas di daerahnya diajak untuk memperkuat kembali tekad bergusdurian, memperkuat paradigma bergusdurian, mengenal karakter komunitas, menyelami mental model komunitas, belajar strategi mengelola komunitas, membangun gerakan komunitas yang berdaya, menciptakan mental model baru, mendesain ulang komunitas GUSDURian, dan terakhir menyusun program komunitas yang berkelanjutan.
Dalam setiap sesinya, Jay Akhmad selaku fasilitator membantu peserta untuk mampu mengenal lebih dalam tentang kepemimpinan penggerak GUSDURian dalam mengelola tim dengan penanaman 9 nilai utama Gus Dur sebagai prespektif pengelolaan komunitas, serta terpahaminya konsep 3 openes dan 3 voice dalam pengelolaan tim komunitas GUSDURian.
“Seperti apa yang disampaikan oleh C. Otto Schamer, wujud kualitas sebuah sistem sosial ditentukan oleh kualitas kesadaran pelaku di dalam sistem tersebut. Hal itu sama halnya dengan yang kita lakukan dalam mengelola komunitas,” ujar pria yang akrab disapa Jay tersebut.
Selain itu peserta diajak menganalisis kondisi Komunitas GUSDURian di masing-masing wilayahnya berdasarkan U-Theory untuk merumuskan orientasi gerakan komunitas.
“Ya kalau sendiri mungkin bisa, tapi kalau mengajak orang belum tentu,” imbuh Jay. “Nah kita adalah pemimpin-pemimpin yang peduli dengan yang lain. Dan keberhasilan pemimpin, kata Gus Dur, adalah ketika pemimpin itu mampu melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Artinya, pemimpin atau penggerak komunitas yang bagus adalah ketika dia mampu melahirkan penggerak-penggerak baru yang bagus pula, sehingga komunitas tetap berjalan. Ada yang beregenerasi dan tidak ada yang tertinggal,” pungkasnya.