KLATEN – Setelah vakum sekitar 2 tahunan, Komunitas GUSDURian Klaten kembali memulai dan bergerak menghidupkan nilai-nilai Gus Dur, khususnya di Kabupaten Klaten. Acara bertajuk “Silaturahmi Komunitas GUSDURian Klaten” ini bertempat di Kedai Jogse, Prigi Wetan, Jogosetran, Kalikotes, Klaten (31/7). Acara ini dihadiri juga oleh Pendeta Radit dan istri, serta Gus Zuki (Ketua Pemuda Ansor Klaten).
Sebab jarangnya berkumpul, acara pembukaan dimulai dengan perkenalan anggota. Menariknya, di Komunitas GUSDURian Klaten sistem keanggotaannya tidak terikat secara formal. Hal tersebut yang membuat anggota baru fleksibel bergabung dan berkontribusi mengembangkan komunitas. Berikutnya adalah pemaparan informasi yang didapat setelah mengikuti pelatihan dari Seknas Jaringan GUSDURian selama 3 hari di Yogyakarta.
Setidaknya ada beberapa poin yang diutarakan, seperti penguasaan mental model komunitas, kontemplasi diri yang diaktualisasikan dalam kegiatan sosial, analisis perkembangan komunitas yang mengangkat isu pendidikan, dan pemaparan fokus aktual GUSDURian yang mancakup kampanye toleransi, pribumisasi Islam, demokrasi, dan keadilan ekonomi.
Dari “oleh-oleh” yang didapat dari Seknas Jaringan GUSDURian, Komunitas GUSDURian Klaten menyusun roadmap atau program kerja komunitas selama setahun ke depan. Ada beberapa gagasan menarik dari teman-teman GUSDURian seperti penguatan media digital, pengembangan potensi anggota, kemandirian ekonomi, dan eksekusi kegiatan luring komunitas. Beragam ide dan usulan akhirnya menghasilkan agenda kegiatan rutin komunitas dan pelatihan jurnalistik, desain, marketing media sosial, dan web developer.
Beruntungnya cakupan pelatihan masih bisa difasilitasi oleh anggota GUSDURian sendiri yang punya kapabilitas di bidang-bidang yang berhubungan dengan media digital. Urgensi pengembangan media menjadi fokus utama GUSDURian Klaten melihat perkembangan isu Islam konservatif yang mulai aktif menyebarkan ideologi khilafah di Klaten.
Mengingat pasar generasi milenial yang aktif menggunakan gawai dan media sosial, agaknya menjadi keresahan teman-teman GUSDURian Klaten untuk terlibat menggairahkan semangat toleransi dan pluralisme di dunia maya. Utamanya mengenalkan nilai-nilai Gus Dur yang mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat.
Selain fokus di media, GUSDURian Klaten juga punya rencana mengembangkan komunitas ke arah yang lebih nyata dengan program sosial. Setidaknya selama pandemi, GUSDURian Peduli Klaten cukup dikenal dengan keterlibatan sosial masyarakat. Pascapandemi, GUSDURian Klaten ingin kembali mengaktifkan semangat berkegiatan sosial dengan tetap mengedepankan semangat toleransi dan keadilan.
Terakhir adalah pengembangan potensi anggota agar bisa mandiri secara ekonomi dan sosial. GUSDURian Klaten akan aktif mengadakan pelatihan untuk menggali potensi anggota melalui kegiatan penulisan dan desain visual. Bahkan GUSDURian Klaten punya impian mendirikan radio dan website berbasis portal berita ketika tim media sudah punya kompetensi di bidangnya masing-masing.
Pemasalahan toleransi di Klaten mungkin tidak seramai daerah perkotaan. Di Klaten, banyak kegiatan yang mempertemukan berbagai komunitas dan organisasi lintas agama. Selain GUSDURian, ada FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) yang aktif melakukan kegiatan sosial. Bahkan di beberapa daerah, kunjungan kiai ke gereja atau pendeta ke masjid bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu.
Untuk segera mengaktualisasikan program tersebut, pertemuan komunitas GUSDURian Klaten akan kembali digelar pada hari Rabu (3/8) betempat di kediaman salah satu anggota. Selain itu, Gus Zuki juga berinisiatif menyediakan wadah kesekretarian khusus GUSDURian Klaten jika memungkinkan. Selain menjadi ketua Gerakan Pemuda Ansor, Gus Zuki kebetulan juga salah satu penggerak GUSDURian di tingkat provinsi (Jawa Tengah).