Gelar Sarasehan Forum 17-an, GUSDURian Totabuan Ulas Hutan dan Lingkungan Hidup

Komunitas Jaringan GUSDURian Totabuan, Provinsi Sulawesi Utara menggelar sarasehan Forum 17-an yang dilaksanakan di Kedai Teras Bambu Bulawan, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Jumat (19/8/2022).

Pada sarasehan tersebut GUSDURian Totabuan mengangkat tema “Gus Dur, Lingkungan Hidup, dan Hutan untuk Rakyat”.

Adapun narasumber dalam kegiatan itu, yakni Komunitas Pecinta Alam (KPA) Geplak Manado, Cinta Gemilang Monoarfa; KPA Torotakon Ade, Fita Mokodompit; dan KPA Biosfer Boltim, Andika Abdullah.

Cinta Gemilang Monoarfa selaku KPA Geplak Manado, mengatakan selama ini yang diketahui umumnya bahwa Gus Dur hanya concern pada isu-isu pluralisme, kebudayaan, demokrasi, toleransi, dan humor. Akan tetapi, kata Cinta, Presiden RI keempat itu juga tak melepaskan kepeduliannya terhadap isu lingkungan.

“Misalnya beberapa artikel Gus Dur yang membahas isu lingkungan. Ini salah satu bukti bahwa Gus Dur memandang lingkungan hidup menjadi bagian terpenting bagi umat manusia yang harus terus dilestarikan,” katanya.

Sementara itu, menurut KPA Torotakon, Ade Fita Mokodompit, menuturkan bahwa Gus Dur sadar betul bahwa hutan menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat, utamanya yang berprofesi sebagai petani.

Sehingga, kata dia, di kala masyarakat petani yang mendapatkan ketidakadilan dari penguasa terutama pada soal-soal konflik agraria, maka Gus Dur juga tak pernah alpa memperjuangkan hak-hak mereka.

“Sebagai generasi penerus, kita patut meniru keberpihakan Gus Dur pada isu lingkungan. Dia sangat konsisten dan begitu berani membela kaum-kaum yang dilemahkan,” ujar Ade yang juga pengagum Gus Dur ini.

Sedang menurut, KPA Biosfer Boltim, Andika Abdullah, selama Gus Dur menjadi presiden di Indonesia tidak pernah mengeluarkan kebijakan yang merugikan atau berpotensi merusak hutan dan lingkungan.

“Gus Dur sadar betul bahwa, hutan memberikan memberikan manfaat kehidupan bagi manusia. Sebagai sebuah kekayaan alam, maka harus dikelola dengan baik, bukan dirusak,” katanya.

Andika menambahkan, bukti kerusakan lingkungan hari ini ialah bencana banjir hampir terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa, pengelolaan hutan tidak memperhatikan sisi ekologi.

“Saya senang diundang sebagai narasumber di GUSDURian Totabuan. Saya merasa berangkat dari GUSDURian saya dan teman-teman pecinta alam lebih semangat dan perlu tindakan serius mengenai lingkungan hidup dan hutan. Dan ini saya harap akan berlanjut di organisasi-organisasi pecinta alam KPA juga siswa pecinta alam Sispala,” tutup Alumni Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut ini.

Penggerak Komunitas GUSDURian Totabuan, Sulawesi Utara.