Di Forum 17-an, GUSDURian Sumenep Ajak Maknai Kemerdekaan Republik Indonesia secara Hakiki

SUMENEP – Kemerdekaan hari ini berarti ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui langkah dan kontribusi kita, baik terhadap bangsa dan negara sekecil apa pun. Kesadaran berbangsa dan bertanah air harus ada di masing masing individu. Setiap langkah kita harus diyakini memiliki kontribusi terhadap bangsa.

Melihat latar belakang tersebut, Komunitas GUSDURian Sumenep menggelar Refleksi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dengan mengundang Abdul Wasid, Kasi PD Pontren Kemenag Sumenep; dan Raudhatun, Ketua LKKNU Kabupaten Sumenep di Simple Cafe, pada Sabtu (20/8/2022). Kegiatan ini sekaligus menjadi menjadi peringatan acara Forum 17-an yang digelar Jaringan GUSDURian serentak di berbagai daerah.

Ahmad Faizi Raziqi, penggerak GUSDURian Sumenep mengatakan bahwa dalam merawat nilai dan pemikiran Gus Dur ini Komunitas Gusdurian tidak berdiri sendiri. Akan tetapi, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lainnya. Karena dengan begitu, akan ditemukan hal-hal yang unik. Ia berharap dengan diselenggarakannya kegiatan ini bisa memaknai kemerdekaan Republik Indonesia secara hakiki.

Menurut Abdul Wasid, di balik sejarah Kemerdekaan Indonesia ada kolaborasi antara muslim dan non-muslim. Sebab kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran abah dan mbahnya Gus Dur.

“Kita melihat Gus Dur bukan pada sisi kontroversinya. Tetapi kepada substansi pesan yang ingin disampaikannya,” kata Wakil Ketua PCNU Sumenep ini.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Kiai Wahid Hasyim, merupakan salah satu tim perumus bentuk negara Indonesia, sedangkan Kiai Hasyim Asy’ari sebagai salah satu penasihat melalui istikharah dalam penetapan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

“Salah satu alasan mengapa diubah ke sila Ketuhanan yang maha esa adalah bagaimana menghindari disintegrasi bangsa ketika itu masih dalam masa konsolidasi. Harus mengedepankan persatuan dan kesatuan Republik Indonesia. Sehingga agama menjadi landasan bagi perumusan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ungkapnya.

Mantan Sekretaris Ansor Sumenep ini mengatakan bahwa sebagai warga masyarakat harus mempunyai satu peran dan kontribusi baik sekecil apa pun di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

“Misalnya tidak mengkonsumsi narkoba. Menjalani peran penting yang ada di tengah masyarakat. Menjadi petani, pedagang, dan lainya dengan baik itu adalah upaya dalam memberikan kontribusi terhadap kemerdekaan kita,” katanya.

Sementara itu, Raudhatun, Ketua LKKNU Sumenep spesifik menjelaskan bagaimana kemerdekaan perempuan yang sebenarnya. Menurutnya, perempuan memiliki kemerdekaan sendiri. Meski seakan-akan tidak merdeka karena sering kali dikandangkan.

Menurutnya pandangannya, cara untuk merdeka yaitu meneladani 9 nilai dan pemikiran Gus Dur. Salah satunya adalah kesetaraan dan keadilan.

“Makna merdeka itu bebas pergi ke mana untuk melakukan hal-hal bermanfaat kepada lingkungan. Sebab, menurut saya masih ada sebagian perempuan di lingkungan sekitar yang terhalang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” pungkasnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Sumenep, Madura.