Social Media

Peringati Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-77, GUSDURian Sukoharjo Gelar Diskusi 17-an

Bertempat di Wedangan Jeru Keraton Kartosuro Sukoharjo, GUSDURian Sukoharjo menghelat diskusi. Diskusi yang bertajuk Meneladani Gus Dur: Merawat Kemerdekaan” tersebut dimulai pukul 20:00 WIB. Diskusi kali ini menghadirkan Bagus Sigit Setiawan, S.H. dari GUSDURian Sukoharjo dan Ruthsahaya Sapujiati dari PAWARTOS sekaligus pegiat kerukunan masyarakat. Acara ini dipandu Moh. Hamzah Sidik, S.Psi., Koordinator GUSDURian Sukoharjo

Bertepat di Wedangan Jeru Keraton Kartosuro Sukoharjo, Gusdurian Sukoharjo menghelat diskusi. Diskusi yang bertajuk Meneladani Gus Dur: “Merawat Kemerdekaan” dimulai pukul 20:00. Diskusi kali ini, menghadirkan Bagus Sigit Setiawan, S.H., Gusdurian Sukoharjo dan Ruthsahaya Sapujiati, PAWARTOS sekaligus pegiat kerukunan masyarakat. Acara ini dipandu Moh. Hamzah Sidik, S.Psi., Koordinator Gusdurian Sukoharjo

Mula-mula, Hamzah membuka diskusi dengan menyampaikan bahwa dalam memperingati kemerdekaan ini, kita tidak hanya memperingatinya dengan mengingat bangsa Indonesia terbebas dari belenggu penjajah. Melainkan, lebih dari itu, kemerdekaan ini harus dimaknai dengan tidak merasa paling mayoritas. Dalam artian ini, meskipun umat Islam jangan serta merta merasa “paling mayoritas”. Begitupun juga, para minoritas tidak merasa dirinya minoritas.

Lalu, dilanjut oleh Ruthsahaya Sapujiati. Ia menyatakan, dalam hal toleransi Gus Dur dianggap tidak peduli dengan sesuatu yang ia bela. Gus Dur tidak peduli agamanya apa, dari mana, dan identitas pemisah lainnya.

“Terlebih lagi, manakala saat menjadi presiden, Gus Dur mengesahkan Ketetapan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Agama Khonghucu. Jelas, peraturan itu menambah hentakan bagi Gus Dur yang dicibir masyarakat dan lawan-lawannya,” imbuhnya.

Kemudian, dilanjut oleh Bagus Sigit Setiawan, S.H. Menurutnya, sebagaimana ia kutip dari Prof. Kuntowijoyo, Gus Dur membawa misi kenabian (profetik). Dengan itu, Gus Dur selalu membawa pesan kemanusian seperti para nabi.

“Gus Dur itu sosok yang komplit. Setelah ia melanglang buana ke berbagai pesantren untuk nyantren, ia lanjut mengembara ke Kairo, Baghdad, dan berbagai negara di Eropa. Gus Dur membawa berbagai informasi yang ada di sana. Yang mana, Gus Dur membawa berbagai informasi dan ilmu pengetahuan dari filsafat, pergolakan politik internasional, bahkan musik-musik rock Barat sekalipun,” tambahnya.

Diskusi berlangsung interaktif dengan diwarnai saling bertukar pendapat maupun tanya jawab. Acara ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada pemateri.

Penggerak Komunitas GUSDURian Sukoharjo, Jawa Tengah.