Surabaya – Pagi ini, kegiatan TUNAS GUSDURian 2022 menggelar 8 kelas isu strategis secara serentak di beberapa gedung berbeda di Asrama Haji Sukolilo Surabaya (15/10/2022).
Semua peserta dipersilakan memilih kelas isu sesuai minat masing-masing dan setiap isu difasilitatori oleh tim expert yang akan menyampaikan materi isu secara luas dan komprehensif.
Salah satu kelas isu berbicara tentang Pemenuhan Keadilan Ekonomi dan Sosial, yang difasilitatori oleh Ah. Maftuhan R bersama Dewi Hutabarat. Kelas isu tersebut diikuti oleh sekitar 60 peserta.
Dalam materinya Maftuhan menyampaikan bahwa “Gus Dur lebih sering memakai terminologi ekonomi rakyat, bukan ekonomi kerakyatan, karena Gus Dur ingin mendekati realitas ekonomi rakyak secara lebih rill. Dan salah satu pengejawantahan dari ekonomi rakyak salah sataunya adalah UMKM”.
“Satu hal yang juga sangat serius dibicarakan oleh Gus Dur adalah sektor keuangan. Kemudian Gus Dur membangun Bank Nusumma. Tujuan Gus Dur adalah ingin memastikan urusan keuangan yang inklusif dan benar-benar mempermudah serta memihak kepada rakyat,” tegas Maftuhan.
Kemudian materi selanjutnya disampaikan oleh Dewi Hutabarat. Ia menyampaikan banyak hal khususnya terkait pendirian Koperasi Kobeta (Koperasi Benih Kita) bersama Alissa Wahid dan beberapa rekannya yang lain, sebagai upaya pendampingan sosial di waktu pandemi.
“Awal pandemi, koperasi ini konsen bergerak mengurus bantuan-bantuan sosial kepada masyarakat terdampak pandemi. Kemudian setelah pertengahan pandemi, kita mulai menginisiasi rencana manajamen bisnis buah (alpukat), sekaligus melakukan pendampingan dan pendidikan kepada petaninya langsung,” terang Dewi.
“Koperasi Kobeta membeli alpukat kepada petani berkali-kali lipat lebih tinggi dari harga pengepul. Namun selain membeli harga tinggi, Koperasi Kobeta juga memberikan pendidikan khususnya terkait pemeliharaan pohon, buah, cara panen hingga safety pengantaran buah ke koperasi. Jadi kita membeli dengan harga tinggi sekaligus mendidik petani kita dengan cara bertani yang baik dan berkualitas,” tambah Direktur Sinergi Indonesia tersebut.
Dewi juga mempertegas penjelasannya bahwa Kobeta menjalankan model bisnis yang basisnya masyarakat dan menjadikan rantai rakyat sebagai misi utama dalam gerakan pengelolaan bisnis tersebut.
Usai sesi penyampaian materi, respons dan antusiasme peserta sangat tinggi. Hal itu terlihat dari sekian peserta yang berebut kesempatan untuk berbicara. Sebagian peserta berbagi terkait kegiatan bisnis yang dijalankan, sebagian lain bertanya soal konsep dan gerakan Gus Dur yang kaitannya dengan pemenuhan keadilan ekonomi dan sosial.