Jelang Kongres yang Kedua, KUPI Adakan Halaqah Pra-Kongres

Jakarta (19/10/2022) – Jelang kongres yang kedua pada 23-26 November 2022, panitia Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) mengadakan halaqah pra-kongres untuk finalisasi draf isu yang akan dibahas dan diputuskan dalam kongres. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 17-19 Oktober 2022 di Hotel Yuan Garden Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Hadir dalam pertemuan tersebut 50 orang perwakilan pelaksana KUPI II dari berbagai elemen dan daerah di Indonesia. Hadir pula perwakilan pemerintah, lembaga hukum dan HAM, perwakilan ormas keagamaan, dan jejaring KUPI lainnya.

Halaqah ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mendiseminasikan gagasan-gagasan dan tema-tema yang akan diusung KUPI pada saat kongresnya yang ke-2, baik berupa Konferensi Internasional di UIN Walisongo Semarang maupun pelaksanaan kongres di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Jepara. Kedua, mengkonsolidasi isu-isu yang aktual agar relevan dengan yang akan dibahas dan diputuskan pada Kongres KUPI yang ke-2.

“Halaqah ini juga digunakan untuk membangun dukungan publik bagi kegiatan Kongres KUPI-2 secara khusus, dan secara umum bagi kerja-kerja sosial gerakan KUPI untuk agenda membangun peradaban yang berkeadilan di Indonesia dan dunia,” ujar Faqihuddin Abdul Kodir, salah satu anggota Majlis Musyawarah KUPI.

Dalam agenda ini disampaikan capaian dan prospek KUPI, paradigma, dan metodologi fatwa khas KUPI, dan urgensi perspektif konstitusi dan pengalaman korban dalam pandangan keagamaan KUPI.

Terdapat dua rangkaian agenda besar dalam perhelatan KUPI yang kedua, yaitu seminar internasional pada 23 November 2022 di UIN Walisongo Semarang dan agenda kongres pada 24-26 November 2022 di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, Jepara, Jawa Tengah.

Mancanegara

Gaung penyelenggaraan KUPI Ke-2 sangat luas. Anggota Steering Committee Alissa Wahid menjelaskan bahwa saat ini sudah ada ribuan orang yang mendaftar sebagai peserta atau pun pengamat. Mereka berasal dari berbagai pelosok tanah air bahkan penjuru dunia.

Tercatat, calon peserta tersebut berasal dari 29 negara seperti Indonesia, Singapura, Filipina, Bangladesh, Malaysia, India, Pakistan, Amerika, Belanda, Australia, Inggris, Slovakia, Hungaria, Gambia, Afrika Selatan, dan Kenya.

“Padahal acara KUPI II masih sekitar satu bulan lagi. Tapi peserta yang mendaftar sudah banyak dan kemungkinan akan bertambah terus jumlahnya,” ujar Alissa. Sebagai catatan, para peserta kongres mendaftar dan hadir dengan biaya secara mandiri.

Alissa melihat tingginya animo masyarakat dunia atas KUPI karena kongres ulama perempuan baru pertama kali ada di dunia. Hal ini menjadi daya tarik mengingat selama ini kata ulama lebih banyak disematkan pada laki-laki.

Pada 2017, sebanyak 780 ulama perempuan yang terdiri dari 580 orang peserta dan 200 orang pengamat hadir dalam KUPI I yang digelar di Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon mulai 25 hingga 27 April. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sejumlah negara.