“Gus Dur Bukan sekadar seorang presiden,”
Saya ingat, pernyataan tersebut diucapkan oleh Ning Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur, saat ia memberikan sambutan pada acara peresmian UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, beberapa waktu lalu.
“Waktu saya ke sini, saya sempat bertanya kepada teman-teman mahasiswa ‘Gus Dur itu siapa?’, jawaban terbanyak adalah presiden RI, Presiden RI ke-4. Dan ini setiap saya berkeliling, setiap kali saya bertanya terutama ke teman-teman muda, saya tanya ke mereka ‘Gus Dur itu siapa sih?’, selalu jawabannya kemudian adalah presiden,” ujar Ning Inayah dalam kegiatan yang diselenggarakan pada 28 September 2022 tersebut.
Ning Inayah melanjutkan, Gus Dur menjadi presiden itu hanya seperseratus dari kehidupannya, tidak lama. “Lah orang menjadi presiden aja ditendang ke luar, masa iya kita mengidentifikasi beliau sebagai presiden saja? Gus Dur lebih dari itu, yang lebih penting dari itu Gus Dur adalah seorang penggerak sipil. Jadi presiden itu gampang, jadi penggerak yang lebih susah,” kata Ning Inayah.
Menjadi presiden itu, menurut Ning Inayah, gampang. Modalnya yang terpenting terkenal, punya popularitas. “Iya benar terkenal, nggak percaya? Kalau bukan itu modalnya pasti para calon yang akan bertanding di tahun 2024 besok pasti saat ini lagi sibuk kerja mati-matian, kerja keras untuk mengadakan perubahan di Indonesia dan bukan sibuk memasang baliho di mana-mana,” ucapnya menyindir.
Ning Inayah, dalam sambutannya itu, benar-benar menggambarkan sosok KH Abdurrahman Wahid, yang oleh banyak masyarakat, dikenal sebagai sosok pejuang kemanusiaan, bapak demokrasi, ulama, dan lain-lain. Saya sendiri sependapat dengan Ning Inayah. Gus Dur bukan sekadar seorang presiden, beliau lebih dari itu.
Gus Dur, yang selama ini saya tahu, adalah seorang kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Dia juga seorang politisi. Dia juga sering disebut sebagai guru bangsa dan bapak demokrasi.
Jasa Gus Dur sebagai Presiden
Gus Dur menjabat Presiden Republik Indonesia dalam waktu yang singkat. Tidak sampai dua tahun. Lebih tepatnya dari 20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001. Meski menjabat presiden dalam waktu yang amat cepat, tapi Gus Dur banyak melakukan perubahan terhadap bangsa ini. Salah satu perubahan yang dilakukan Gus Dur sangat dirasakan oleh mereka yang sebelumnya menjadi kaum tertindas atau dianaktirikan oleh rezim Orde Baru.
Ya, tebakan Anda tak salah.
Gus Dur membela masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa di Indonesia bebas merayakan Imlek karena jasa Gus Dur. Pemilik nama lahir Abdurrahman Ad-Dakhil ini menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional, dan itu membuat warga Tionghoa amat sangat berterima kasih kepada Gus Dur.
Sang presiden ke-4 RI tersebut memutuskan untuk mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967. Kemudian Gus Dur mengeluarkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000. Aturan ini menjadi angin segar bagi kaum Tionghoa, yang pada masa Orde Baru mendapat larangan untuk merayakan Imlek di tempat-tempat umum.
Perilaku apik Gus Dur terhadap warga Tionghoa sudah cukup memberi bukti bagi kita bahwa presiden yang berkacamata itu merupakan sosok pembela rakyat. Gus Dur sangat menjunjung tinggi keberagaman, terutama suku, agama, dan ras.
Tak hanya berjasa besar bagi masyarakat Tionghoa, Gus Dur juga memiliki rekam jejak yang luar biasa terkait pembelaannya terhadap kelas pekerja atau buruh. Gus Dur melakukan pembelaan ini secara konsisten jauh hari sebelum dia menjadi Presiden RI hingga menjelang tutup usianya.
Tak lama setelah ia menjadi presiden, Gus Dur mengundang sejumlah aktivis hingga organisasi gerakan buruh ke Istana. Buntut dari pertemuan itu, ketika Gus Dur menerbitkan Permenaker Nomor 150/2000, yang dianggap pro buruh. Bagi buruh, Permenaker Nomor 150/2000 merupakan kebijakan yang memberi posisi kuat kepada mereka berhadapan dengan pengusaha.
Gus Dur menurut Para Kiai
Gus Dur juga seorang kiai yang luar biasa. Beliau dikenal sebagai seorang yang zuhud. Kisah kezuhudan Gus Dur ini pernah diceritakan oleh sahabat Gus Dur yakni KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus. Bukti kezuhudan Gus Dur, kata Gus Mus, selalu tampak baik saat menjabat sebagai presiden maupun setelahnya.
“Gus Dur itu termasuk orang yang zuhud. Jadi presiden saja tidak tahu gajinya dari mana, cara mengambilnya juga bagaimana, Gus Dur tidak tahu,” kata Gus Mus dalam Majelis Ngaji Pasanan Kitab Arbain Nawawi, tahun 2020 silam. Gus Dur, jelas Gus Mus, adalah orang yang sama sekali tidak pernah memikirkan harta. Gus Dur hanya akan mencari bila ada orang lain yang membutuhkan dan meminta kepadanya.
Bagi Gus Dur, tidak ada kemewahan yang pantas dibanggakan, tidak ada pula kedudukan atau jabatan yang dibela mati-matian. Gus Dur tidak mengharapkan lebih dari sisi duniawi, karena tujuan akhir adalah akhirat. Hidup di dunia hanya sementara, sedangkan di akhirat selamanya. Mungkin itulah prinsip yang dipegang oleh Gus Dur.
Mengutip pernyataan Gus Yaqut, bahwa bagi Gus Dur, tak ada artinya beragama jika seseorang kehilangan kemanusiaannya. “Sebab sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi kemanusiaan. Pembelaan Gus Dur terhadap manusia bukan berarti melupakan Tuhan,” kata Gus Yaqut dalam rangka memeringati Haul ke-9 Gus Dur, tahun 2018 silam.
Gus Dur merupakan salah satu tokoh terbaik yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Bahkan KH Said Aqil Siroj, eks Ketua Umum PBNU, pernah mengatakan bahwa Gus Dur adalah manusia sempurna. Namun demikian, menurut Kiai Said, Gus Dur pasti memiliki berbagai khilaf dan salah.
“Contohlah Gus Dur, itulah orang yang sempurna sebagai muslim. Manusia mukmin yang sempurna menurut saya. Terlepas dari itu pasti ada kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan. Itu saya yakin Allah mengampuni segala dosa beliau,” kata Kiai Said dalam Annual Gus Dur in Memorial Lecture yang digelar PCINU Australia-New Zealand, Desember 2020.
Kini, rasanya tak berlebihan jika saya menyebut Gus Dur adalah sosok yang patut kita jadikan teladan. Kita bisa meneladani dari sikap Gus Dur yang peduli terhadap kaum tertindas atau orang-orang lemah. Kita bisa mengikuti jejak Gus Dur sebagai seorang yang sederhana namun bijaksana. Atau kita juga bisa meniru sikap Gus Dur sebagai seorang kiai yang zuhud.
Peran dan jasa Gus Dur semasa hidup, baik sebagai kiai, cendekiawan, politisi, atau presiden, akan selalu dikenang oleh masyarakat. Meskipun secara raga beliau sudah tiada, tapi namanya masih selalu terdengar di mana-mana. Pemikiran-pemikirannya akan tetap relevan di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat.
Namanya juga kini diabadikan sebagai nama kampus di salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri yang ada di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Pekalongan, yakni Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid Pekalongan atau bisa disebut sebagai UIN Gus Dur.
Pemilihan nama Gus Dur sebagai nama kampus bukan tanpa alasan yang tak masuk akal. Menurut Rektor UIN Gus Dur Prof Zaenal Mustakim, KH Abdurrahman Wahid merupakan seorang guru bangsa yang menempatkan agama Islam sebagai inspirasi dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penggunaan nama KH Abdurrahman Wahid juga karena Gus Dur merupakan seorang teladan yang piawai mendialogkan Islam dan negara dalam bingkai kemajemukan Indonesia. Basis keilmuan yang dikembangkan oleh Gus Dur juga merupakan wujud harmonisasi antara rasionalitas dan spiritualitas.
“Keilmuan ini selaras dengan visi keilmuan yang akan dikembangkan oleh UIN Pekalongan yang berusaha mengharmonisasikan kekuatan akal, indera dan intuisi, agama dan sains, serta tradisionalisme dan modernisme,” papar Prof Zaenal, dikutip dari NU Online.