Blitar, 17-19 Februari 2023, Gerdu Suroboyo (Komunitas GUSDURian Surabaya) melaksanakan Forum 17-an dengan mengadakan Character Leader Camp bersama Sanggar Bermain Surabaya (SBS). Salah satu kegiatan pada camp tersebut adalah Sobo Pasar dan Sobo Pawon.
Dua puluh peserta Character Leader Camp dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima peserta didampingi oleh satu fasilitator dari Gerdu dan satu observer dari SBS. Pada kegiatan Sobo Pasar masing-masing kelompok mengutus satu orang sebagai perwakilan untuk berbelanja ke pasar.
Per kelompok mendapatkan jatah Rp25.000, di mana barang yang wajib mereka beli adalah jagung manis dan jajanan pasar yang harus cukup untuk lima orang dalam waktu lima belas menit. Lewat kegiatan ini para peserta diajarkan untuk berkomunikasi di pasar, bertanggung jawab dalam mengatur keuangan, dan bijak menentukan pilihan barang yang akan dibeli.
Dafina, salah satu perwakilan kelompok berkata, “Seru banget ke pasar, dan kaget karena di sini (pasar di Blitar) harganya murah-murah, beda dengan pasar Surabaya.” Ketika ditanya apa saja yang dibeli di pasar, perwakilan kelompok satu tersebut dengan semangat menjawab, “Tadi aku cari titipan teman kelompok dulu, yaitu klepon. Karena tidak ada akhirnya aku beli lemper, roti rainbow, puding, molen, ote-ote, dan es ketan hitam.”
Saat membeli barang wajib di pasar, rupanya Dafina sempat terkecoh dengan harganya, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut bercerita, “Tadi waktu mau beli jagung, penjualnya bilang bahwa harganya sudah murah dan pas, yaitu Rp8.000 untuk empat buah jagung. Tapi ternyata yang lain mendapatkan lima buah jagung dengan harga yang sama.”
Dari peristiwa tersebut Dafina belajar banyak tentang harga. Seperti pentingnya membandingkan harga satu dengan yang lain sebelum membeli dan betapa bedanya harga jajanan pasar di Blitar yang masih dipatok Rp500, sedangkan di Surabaya seharga Rp1.500 untuk jenis yang sama.
Ike Nurjanah selaku penanggung jawab kegiatan ini berkata bahwa para peserta sangat excited berbelanja di pasar tradisional, bahkan bagi beberapa anak ini adalah pengalaman pertama kalinya. “Ibu-ibu di pasar juga exited melihat anak-anak berbelanja. Tentu ini bukan kali pertama anak-anak berbelanja, tapi biasanya mereka didampingi ibu atau nenek. Sedangkan kali ini anak-anak benar-benar seorang diri diberi tanggung jawab berbelanja,” cerita observer yang akrab dipanggil Mbak Ike tersebut.
Sorenya, seluruh peserta bersama-sama melaksanakan Sobo Pawon. Kali ini mereka diajarkan memasak ayam ingkung dengan cara tradisional, langsung dari tungku kayu bakar. Mereka berbagi tugas, mulai dari mengupas bumbu, menggoreng bawang, hingga memarut kelapa. Bagi sebagian anak hal ini juga baru pertama kali mereka lakukan.
Selagi beberapa anak memasak, sebagian anak yang lain bertugas untuk bertanya kepada warga sekitar tentang resep ayam ingkung beserta sejarahnya yang nantinya akan mereka sampaikan pada saat makan malam. Setelah melewati seluruh proses memasak ayam ingkung kurang lebih tiga jam secara bergiliran, pada jam makan malam ayam ingkung itu pun sudah siap disajikan oleh kelompok tiga yang mendapat giliran menyiapkan makanan dan mencuci piring. Seluruh peserta akhirnya makanan dengan lahap.