Minggu, 5 Maret 2023, Gerdu Suroboyo atau Komunitas GUSDURian Surabaya berpartisipasi dalam kegiatan brand audit Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Timur yang dilaksanakan di Pantai Ria Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya.
Dalam sambutannya, Direktur WALHI JATIM mengatakan lokasi tersebut sengaja dipilih untuk menunjukkan bahwa Surabaya sudah tidak memiliki pantai. Hal ini merupakan bukti bahwa bumi sudah tua dan perubahan iklim nyata.
Dari Desember 2022, Gerdu Suroboyo sendiri sudah melaksanakan kampanye “buang sampah pada tempatnya” sebagai upaya memperjuangkan keadilan ekologi. Meskipun terdengar sederhana, tetapi tentu tidak semua orang bisa melakukanya. Padahal kampanye ini sangat penting disuarakan di kota metropolitan seperti Surabaya yang padat penduduk dan beberapa warganya masih sering membuang sampah sembarangan sehingga mengotori laut atau pantai.
Semua sampah di lautan pasti berasal dari darat. Biasanya warga membuang sampah di sungai dekat tempat tinggal mereka. Saat terjadi estuari (bertemunya air sungai dan laut) di mana arus laut lebih kencang daripada arus sungai, maka sampah-sampah yang berasal dari sungai akhirnya terbawa ke laut dan merusak ekosistem. Padahal sebagian besar orang Indonesia makan dari hasil laut.
Kerusakan ekosistem laut akibat sampah ini tidak hanya menjadi tanggung jawab konsumen, tapi juga produsen. Ketika produsen membuat keputusan memproduksi kemasan plastik yang tidak bisa terurai, mestinya mereka paham ke depannya akan bagaimana dan memiliki cara untuk mengolah sampah yang dihasilkan. Seperti membuat bungkus produk yang lebih sustainable sehingga dapat digunakan selama mungkin dengan sistem circular economy, sehingga ekonomi tetap bertumbuh tanpa merusak lingkungan.
Luki Wahyu, Koordinator Kegiatan Brand Audit dari WALHI mengatakan, “Brand audit dilakukan untuk mengetahui produk-produk apa saja yang paling banyak mencemari laut atau pantai yang nantinya akan menjadi kampanye untuk menuntut perusahaan yang bersangkutan untuk membuat peta jalan sampah, sebagaimana yang tertuang dalam UU 18 tahun 2008, perusahaan komersial wajib memiliki pemetaan pengolahan sampah.” Karena memiliki concern yang sama terhadap lingkungan, Gerdu Suroboyo berpartisipasi dalam kegiatan brand audit yang dilaksanakan oleh WALHI JATIM tersebut.
Siti Sumriyah, Koordinator Gerdu Suroboyo mengatakan, “Gus Dur mengajarkan nilai kemanusiaan. Menjaga lingkungan adalah bagian dari kemanusiaan. Karena apabila lingkungan rusak maka korbannya lagi-lagi manusia. Misal ketika manusia mengkonsumsi ikan di lautan yang ternyata setelah diteliti terdapat micro atau bahkan nano–plastic, yang tentu dapat membahayakan tubuh.”
“Apalagi beberapa penelitian memang sudah banyak menunjukkan betapa tercemarnya hewan di lautan dengan plastik. Di situlah GUSDURian hadir untuk memperjuangan keadilan ekologi,” lanjut koordinator yang akrab dipanggil Mbak Sum tersebut.
Dari kegiatan brand audit dengan transek sepanjang 25 m dan luas 50 m ini, tercatat delapan kategori sampah yang ditemukan, yaitu plastik daur ulang sejumlah 70 pcs seberat 1.989 g, plastik sekali pakai sebanyak 1.249 pcs dengan berat 26.088 g, kertas 29 pcs berat 2.092 g, karet 4 pcs berat 654 g, tekstil 3 pcs berat 1.156 g, logam 1 pcs berat 161 g, kaca 7 pcs dengan berat 1.340 g, dan B3 13 pcs seberat 1.197 g. Total terdapat 1.376 pcs jumlah sampah dengan keseluruhan total berat 34.677 g.
Di akhir kegiatan, Direktur WALHI JATIM Wahyu Eka menutup kegiatan brand audit dengan menegaskan bahwa kita semua mempunyai tanggung jawab bersama mengawasi lingkungan hidup. Termasuk mengawal kebijakan pemerintah untuk pro terhadap lingkungan. “Konsumen harus cerdas, selain melihat apakah kualitasnya bagus, juga dilihat apakah produsen bertanggung jawab dengan sampahnya,” tandas Direktur WALHI JATIM yang akrab dipanggil Mas Eka tersebut.