Alissa Wahid dalam “Refleksi Kebangsaan”: Keberanian adalah Modal Utama Tiga Guru Bangsa

“Refleksi Kebangsaan” adalah puncak dari serangkaian acara talkshow Sumbu Kebangsaan yang diinisiasi oleh tiga lembaga yaitu, Jaringan GUSDURian, Nurcholish Madjid Society, dan Ma’arif Institute. Acara ini diselenggarakan pada Sabtu, 18 Maret 2023 di Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat sejak jam 13.00 WIB hingga berakhir pada 16.45 WIB.

Forum ini dibuka dengan pembacaan rekomendasi Sumbu Kebangsaan dari hasil delapan talkshow yang sudah dilaksanakan selama delapan pekan sejak Januari 2023 lalu. Pembacaan rekomendasi dilakukan oleh masing-masing perwakilan narasumber pada talkshow tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari para pembicara utama tentang “Memahami Spirit dan Pikiran Guru Bangsa: Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafi’i Ma’arif”. Ada dua narasumber yang mengisi sesi ini, yaitu Prof. Dr. M. Amin Abdullah selaku anggota Dewan Pengaruh Badan Pembinaan Ideologi/BPIP dan Yudi Latif, Ph.D selaku Dewan Pembina Nurcholis Madjid Society.

Dua pidato dari dua akademisi tersebut ditanggapi oleh beberapa pembicara dan satu di antaranya adalah tanggapan dari Alissa Wahid yang mewakili Jaringan GUSDURian. Alissa mengawali komentarnya dengan menyatakan bahwa ketiga tokoh ini tidak selalu sependapat tapi memiliki tujuan dan prinsip yang selaras. “Ketiga tokoh ini tidak takut perbedaan pandangan,” imbuhnya.

Menurutnya, ketiga tokoh ini menjadikan agama sebagai sumber luhur dalam mewujudkan nilai kemanusiaan. Tidak hanya berpikir, mereka pun bergerak dalam mewujudkan pemikirannya. Saat ini, tidak mudah mencari sosok yang bergerak dan menggerakkan. “Tiga guru bangsa kita ini tidak hanya berpikir tapi juga bergerak dan menggerakkan,” ungkapnya.

“Bagi saya, yang membedakan ketiga tokoh ini adalah hal tadi. Pemikir banyak, tapi yang menggerakkan kita kekurangan. Karena untuk menggerakkan kita butuh kredibilitas. Ada kalimat mutiara yang saya suka: Without integrity no one listen to, without trust no one follow. Mengapa mereka memiliki murid yang banyak? Karena mereka dipercaya. Mengapa mereka diikuti? Karena integritasnya,” ungkap putri sulung Gus Dur tersebut.

Alissa Wahid tengah berfoto bersama Ulil Abshar Abdalla (Ketua Lakpedam PBNU) dan keluarganya selepas acara Refleksi Kebangsaan.

Tapi satu hal yang paling kuat dimiliki oleh ketiga tokoh ini adalah keberanian. Berani berada di garis terdepan untuk berjuang. Alissa menceritakan salah satu ungkapan Gus Mus, salah satu karib Gus Dur yang mengakui keberanian Gus Dur. Ia juga menambahkan pengalamannya saat mengetahui Buya Syafi’i menelepon Jokowi dari pos ronda dekat rumah beliau.

Di Jaringan GUSDURian, disebutkan olehnya, ada empat dimensi yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan. Keempatnya adalah dimensi kebijakan publik, dimensi di level masyarakat, dimensi teologi, dan dimensi kekuatan masyarakat sipilnya. Jika masing-masing individu mampu mengkonsolidasikannya maka perjuangan ketiga tokoh ini pasti bisa diteruskan.

Penggerak Komunitas GUSDURian Ciputat.