Musdah Mulia dalam “Refleksi Kebangsaan”: Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i Ma’arif Wariskan Tiga Hal

Gagasan-gagasan tiga cendekiawan muslim, yakni Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, dan Syafi’i Ma’arif akan tetap relevan dalam kehidupan berbangsa hari ini. Kesederhanaan hidup dan kemuliaan berpikir yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara penting untuk diteladani generasi muda sekarang. Semangat inilah yang ingin ditularkan oleh Sumbu Kebangsaan kepada publik luas.

Sumbu Kebangsaan merupakan wadah kolaboratif tiga instansi, yakni Nurcholish Madjid Society (NCMS), Jaringan GUSDURian, dan Ma’arif Institute. Acara yang bertajuk “Spirit Guru Bangsa: Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafi’i dalam Aspek Bernegara Masa Kini” tersebut ialah acara puncak dari diskusi-diskusi mingguan sejak akhir Januari silam. Pada ujungnya, diskusi-diskusi tersebut melahirkan sejumlah rekomendasi yang disampaikan pada 18 Maret 2023 di Djakarta Theater, Jakarta Pusat.

Momentum semacam ini bukan dalam rangka mengkultuskan ketiga tokoh yang mengakari lahirnya Sumbu Kebangsaan. Melainkan agar kita, terutama generasi muda bisa meneladani spirit perjuangan dari nilai-nilai dan kesederhanaan yang telah dicontohkan para guru bangsa. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh Omi Komaria Nurcholis Madjid (Ketua Dewan Pembina NCMS) dalam pembukaan agenda tersebut.

”Kita berbicara tentang ketiga tokoh ini bukan untuk mengkultuskan beliau-beliau, tetapi (agar) kita bisa meneladani spirit-spirit, pikiran-pikiran, nilai-nilai, kesederhanaan yang ditunjukkan dan dedikasikan oleh beliau-beliau ini,” tutur perempuan yang akrab disapa Bu Omi tersebut.

Selanjutnya, perempuan asal Madiun tersebut melanjutkan dengan penuturan perlunya menggalakkan kegiatan semacam ini.

“Semua itu menginspirasi kita semua ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama untuk generasi yang belum tentu menjumpai Gus Dur, Cak Nur, ataupun Buya Ma’arif,” sambung istri Cak Nur tersebut.

Kemudian turut hadir dalam acara ini sebagai narasumber yakni Prof. Amin Abdullah dan Yudi Latif, PH.D. Serta beberapa penanggap di antaranya, Alissa Qatrunnada (Koordinator Jaringan GUSDURian), Prof. Musdah Mulia, M.A (Mulia Raya Foundation), Ulil Abshar Abdalla (Ketua LAKPESDAM PBNU), Dr. Phil. Syafiq Hasyim, M.A, serta Shofwan (Ma’arif Institut).

Menurut Prof. Musdah ada tiga hal yang telah diwariskan oleh Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafi’i dalam berbangsa dan bernegara, yakni, pertama, kemampuan berpikir kritis; kedua, kemampuan bertindak demokratis; dan ketiga, kemampuan beragama historis.

Selain itu, tidak lupa dirinya juga mengapresiasi dan berharap agar agenda semacam ini terus masif dilakukan sehingga mampu berkontribusi dalam menjawab problem-problem kemanusiaan.

“Agenda ini penting sekali, karena bukan hanya menjadi sumbu kebangsaan tetapi juga sumbu kemanusiaan. Dan semoga agenda ini menjadi awal dari kolaborasi organisasi-organisasi sipil yang lainnya dengan spirit kemanusiaan yang sama,” terang Sekum Fatayat era Gus Dur tersebut.

Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah peserta yang berasal dari setiap lapisan masyarakat. Mulai dari teknokrat, dokter, ilmuwan, politisi, pegiat literasi, aktivis kemanusiaan, hingga mahasiswa.

Penggerak Komunitas GUSDURian Ciputat, Tangerang Selatan.