Perkuat Gerakan Masyarakat Sipil, Jaringan GUSDURian Adakan Workshop Penguatan Jejaring Advokasi Keberagaman se-Jateng dan DIY

Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian menggelar Workshop Penguatan Jejaring Advokasi Keberagaman pada Kamis-Minggu, 11-14 Mei 2023 di Hotel Museum Batik Yogyakarta.

Penyelenggaraan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan dalam melakukan kerja-kerja penguatan jejaring advokasi keberagaman. Selain itu, melalui kegiatan ini, para pemimpin sosial yang menjadi peserta dalam acara ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan analisis sosial dalam pengelolaan jejaring advokasi keberagaman.

Para peserta yang terlibat terdiri dari berbagai latar belakang kepemimpinan sosial dari seluruh wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pelaksanaannya, forum tersebut dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas religious leader yang terdiri dari 20 orang dan kelas youth leader yang diikuti oleh 17 orang.

Workshop Penguatan Jejaring Advokasi Keberagaman dibuka dengan sambutan Jay Akhmad, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian. Dirinya mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari konsolidasi masyarakat sipil yang diperlukan untuk menghadapi tahun politik.

“Semakin ke sini, gerakan masyarakat sipil perlu untuk dikonsolidasikan. Di tahun 2024 ini kita akan menghadapi situasi politik yang tidak pasti. Berbeda dengan tahun-tahun politik sebelumnya. Pada 2019 gerakan masyarakat sipil memang mengonsolidasikan diri, tetapi tidak sekuat di tahun 2014, karena terjadi polarisasi. Pada 2024 ini justru belum tergambar, mau ke mana kawan-kawan gerakan masyarakat sipil ini?” ujarnya.

Jay juga mengajak para peserta untuk belajar dari konflik horizontal yang terjadi akibat Pilkada DKI Jakarta pada 2016 lalu. Di tahun tersebut, tambahnya, terjadi polarisasi masyarakat atas nama agama karena imbas politik.

“Maka dari itu, penting untuk kita antisipasi kemudian, bahwa politik memang sesuatu yang krusial bagi kehidupan demokrasi kita, tetapi perlu disadari juga bahwa mengelola keberagaman dan masyarakat yang beragam di Indonesia lebih penting lagi. Kalau kata Gus Dur, ‘Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan,” tambah bapak satu anak ini.

Acara yang berlangsung selama empat hari tersebut difasilitasi oleh tim fasilitator nasional Jaringan GUSDURian, yaitu Nurhikmah Biga, Bakhru Tohir, dan Ulfatun Khasanah. Sedangkan narasumber yang dihadirkan yaitu Mayadina Rahmi Musfiroh (Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UNISNU Jepara & Dewan Pakar Jaringan GUSDURian) dan Savic Ali (Ketua PBNU & Dewan Pakar Jaringan GUSDURian). Keduanya mengisi materi perspektif keadilan sosial di dua kelas yang berbeda.

Pelatihan ini terdiri dari berbagai sesi, di antaranya adalah analisis keadilan sosial keberagaman berbasis U-Theory, refleksi dan studi advokasi, rekayasa sosial, lobi dan negosiasi, hingga analisis stakeholder. Pada sesi refleksi dan studi advokasi, fasilitator menggunakan metode word cafe dengan membagi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok didampingi oleh perwakilan dari kepolisian (Polres), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI).

Melalui pertemuan ini, Jay Akhmad berharap ke depannya bisa terjadi kolaborasi, mulai dari para pengambil kebijakan hingga orang-orang muda. Kolaborasi ini yang nantinya bisa memperkuat gerakan masyarakat sipil dalam menghadapi tahun politik mendatang.

“Banyak hal yang bisa kita kerjakan, salah satunya kolaborasi antara generasi ‘kolonial’ dan generasi ‘milenial’. Nah, kolaborasi semacam itu yang kemudian kita mengajak kawan-kawan GUSDURian di berbagai daerah untuk melakukan banyak hal terkait penguatan masyarakat sipil, terutama terkait dengan keberagaman,” pungkas Jay.