Social Media

Tiga Hari di Jawa Timur, Jaringan GUSDURian Bekali Strategi Advokasi Keberagaman bagi Puluhan Penggerak Komunitas dan Pemimpin Sosial

Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian menggelar Workshop Penguatan Jejaring Advokasi Keberagaman di Balai Belajar Guru Penggerak (BPGP) Jl. Arhanud Pendem, Junrejo, Kota Batu, Kabupaten Malang, Jawa Timur sejak Kamis (8/6/2023) sampai Minggu (11/6/2023).

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dihadiri oleh sekitar 50 orang penggerak komunitas dan pemimpin sosial-agama dari beberapa kota di Jawa Timur. Para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang agama dan keyakinan tersebut dibagi ke dalam dua kelas, yaitu Youth Leader dan Religious Leader.

Untuk diketahui, kegiatan ini didampingi oleh beberapa fasilitator dari Tim Fasilitator Nasional Jaringan GUSDURian. Sedangkan, narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini di antaranya adalah Choirul Anam, Komisioner Komnas HAM periode 2017-2022; Jay Akhmad, Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian; dan Ciciek Farha, Pendiri Tanoker Ledokombo.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan bekal pada penggerak komunitas dan pemimpin sosial-agama agar memiliki karakter yang berintegritas, selaras, berani, interdependen dan berkeadilan. Selain itu, harapannya mereka juga mampu membangun jejaring advokasi keberagaman di wilayahnya masing-masing.

Choirul Anam mengatakan bahwa Jaringan GUSDURian selayaknya menjadikan kasus sebagai pintu masuk saja. Karena menurutnya, dalam perspektif GUSDURian, korban dan pelaku harus sama-sama dirangkul.

“Prinsip advokasi adalah mencari info sedetail mungkin. Jalin informasi sedetail mungkin. Setialah pada fakta. Setialah pada nilai. Tidak hanya menyelesaikan kasus,” ujar pria yang akrab disapa Cak Anam tersebut.  

Sementara itu, Jay Ahmad menegaskan bahwa para penggerak GUSDURian perlu dibekali profesionalitas terhadap diri sendiri. Sebab menurutnya, GUSDURian mengumpulkan banyak orang tidak untuk memenangkan kasus. Kasus adalah pintu masuk yang bisa mengubah ke arah keadaban.

“Saya titip Jaringan GUSDURian untuk terus dihidupkan. Jadikan Gus Dur sebagai pintu masuk. Makanya di GUSDURian tidak ada alumni, GUSDURian tidak ada batasan umur,” pungkasnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Sumenep, Madura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *