Kediri, mediajatim.com — Di Kampung Kongan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, berdiri sebuah rumah lansia. Warga sekitar biasa menyebut tempat bagi orang-orang lanjut usia itu sebagai Rumah Lansia GUSDURian.
Rumah lansia ini didirikan oleh para penggerak GUSDURian Modjoekhuto 87 Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Dengan semangat kemanusiaan yang terus menyala, para penggerak GUSDURian ini kini telah menampung 20 lansia.
Koordinator GUSDURian Modjoekhuto 87 Pare Antok mengatakan, rumah lansia ini telah berdiri sejak tahun 2008.
“Waktu itu kami melihat ada seorang perempuan yang tergelatak di pinggir jalan dengan kondisi tubuh kurang sehat dan sama sekali tidak terawat,” tuturnya, Selasa (27/6/2023).
Akhirnya, terang Antok, perempuan tersebut dibawa pulang untuk dirawat. “Ternyata setelah ditelusuri, perempuan tersebut merupakan mantan Pekerja Seksual Komersial (PSK) yang sudah tidak punya keluarga,” ujarnya.
Dari kejadian tersebut, lanjut Antok, dirinya bersama teman-temannya mulai tergerak untuk membantu orang tua yang terlantar di pinggir-pinggir jalan.
Sehingga pada tahun 2014, Antok mulai membangun gubuk-gubuk kecil dari seng-seng bekas dan kardus yang dikumpulkan oleh para relawan sebagai tempat berteduh para lansia dari hujan dan panas.
“Karena kami merasa kasihan kepada para lansia yang hidupnya terlantar. Kalau barang antik itu semakin lama dan langka akan semakin mahal. Tapi kalau manusia, semakin tua akan semakin terbuang,” ucapnya.
Lebih lanjut Antok bercerita bahwa para lansia yang sejak dulu dia tampung punya masalah keluarga yang beragam. Ada yang keluar dari rumahnya. Ada juga karena dibuang oleh anak kandungnya.
“Ada lansia yang strok di sini. Lansia ini dititipkan oleh anaknya sendiri ke sini. Parahnya, si anak tidak mengakui bahwa dia orang tuanya. Si anak itu bilang, ibunya yang sudah berusia lanjut itu sebagai teman kerjanya,” ungkapnya.
Kata Antok, dari 20 lansia yang ada di Rumah Lansia GUSDURian ini, 9 di antaranya adalah kaum disabilitas. Ada yang buta, tuli, dan ada pula yang punya gangguan mental. “Mereka ada yang beragama Hindu, Buddha, Islam, dan Konghucu,” tukasnya.
Antok berserta para relawan merawat para lansia tersebut dengan penuh kasih sayang. “Kami terbiasa memandikan dan membersihkan kotorannya yang kadang berceceran di dinding kamar dan tempat tidurnya,” tuturnya.
Pekerjaan ini, ucap Antok, didasari oleh semangat nilai kemanusiaan yang telah dicontohkan oleh KH. Abdurrahman Wahid.
“Kami gabung GUSDURian sejak tahun 2018. Makanya sekarang disebut sebagai Rumah Lansia GUSDURian,” terangnya.
Untuk para relawan di Rumah Lansia GUSDURian ini, sambung Antok, ada 15 orang. “Mereka memasak, memandikan, dan juga ada yang bekerja lalu sebagian pendapatannya disisihkan untuk kebutuhan di sini,” jelasnya.
Sementara untuk kebutuhan per harinya, kata Antok, rumah lansia ini disumbang oleh para relawan dan masyarakat sekitar.
Tulisan ini pertama kali dimuat di mediajatim.com