Social Media

Bersama Jaringan Lintas Iman, GUSDURian Semarang Ikuti Perayaan HUT Imamat Romo Aloys Budi yang ke-27

Romo Aloys Budi Purnomo Pr. merayakan HUT Imamat yang ke-27 bersama Komunitas GUSDURian Semarang dan jaringan lintas iman di Kota Semarang pada 8 Juli 2023 lalu, bertempat di Gereja Santo Ignatius Loyola Banjardowo. Acara dimulai pukul 18.00 WIB.

Selain umat Katolik yang hadir, acara ini juga menghadirkan berbagai lembaga yang tergabung dalam jaringan lintas iman. Di antaranya seperti Kiai Taslim (Ketua FKUB Jateng), Pendeta Ekasala, Kiai Abdul Qadir, Suster Kurnia, Yunanto Adi Setiawan (Mantan Presidium GUSDURian Jateng-DIY), beberapa tokoh penghayat kepercayaan, pelaku seni dan budayawan, serta Komunitas GUSDURian Semarang beserta komunitas GUSDURian dari beberapa kampus. Hadir pula para rekan-rekan wartawan dalam acara ini.

Dalam perayaan imamat, suasana inter-religious memang terasa dari tari sufi sampai nyanyian rohani yang sarat akan budaya kebersamaan dalam perbedaan.

Pada imamat yang ke-27 ini, Romo Budi, sapaan akrabnya, akan berpindah dinas ke Gereja Wates di Jogja pada tanggal 12 Agustus, sehingga akan menjadi perayaan imamat terakhir di Semarang. Romo Budi sudah mengabdi di Kota Semarang sejak 2004. Jika dihitung, tahun ini sudah menginjak 19 tahun.

Saat sesi ramah tamah, Romo Budi bercerita kepada para tamu yang hadir mengenai perjalanannya mengenal Gus Dur, perjalanan menjadi pegiat lintas iman, dan perjalanan spiritualnya menjadi seorang pemuka agama Katolik.

“Saya sudah hidup saling menghormati perbedaan sedari kecil dan itu tidak bertentangan dengan saya maupun semua orang. Bahkan dalam Islam ada istilah rahmatan lil alamin. Semua agama mengajarkan hal yang sama untuk cinta damai. Nah, bentuk itu diwujudkan dalam banyak kegiatan bersama, merawat bumi, merawat kebersamaan dan kedamaian,” ungkap romo peraih doktor dari ilmu lingkungan ini.

Ia juga menjalin hubungan dekat dengan keluarga mendiang Gus Dur, seperti Alissa Wahid, Ny. Sinta Nuriyah Wahid, dan bahkan sering berbagi guyonan bersama Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur.

Maula Fia Yasmin, salah seorang tamu undangan dari GUSDURian Universitas Diponegoro mengatakan bahwa ia pertama mengikuti acara imamat di Semarang, tetapi sebelumnya sudah sering mengikuti acara-acara lintas agama.

“Kalau acara imamat baru pertama kali, tapi sebelumnya sudah pernah untuk acara yang lain,” ungkap Fia yang dulunya menjabat sebagai Koordinator GUSDURian UNDIP.

Ia melanjutkan, awal mula ia bergabung dengan komunitas GUSDURian adalah kecintaannya terhadap KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Pada awalnya saya kagum sama sosok Gus Dur. Waktu itu pertama kali datang ke Semarang untuk menempuh pendidikan dan nyari kegiatan yang erat berkaitan dengan sosok Gus Dur. Saya juga tertarik karena selain itu terdapat kegiatan sosial mengenai pendampingan dan advokasi masyarakat minoritas,” perempuan asli Tegal tersebut.

Penggerak Komunitas GUSDURian Semarang, Jawa Tengah.