Gandeng Komunitas Lintas Iman, GUSDURian Banyumas Diskusikan Film “Di Bawah Bendera Demokrasi” untuk Peringati Harlah Gus Dur

Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Gus Dur dan perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, Komunitas GUSDURian Banyumas mengadakan nobar dan diskusi film Di Bawah Bendera Demokrasi, pada Sabtu malam (12/08/2023).

Bertempat di pelataran Masjid Nushrat Purwokerto, GUSDURian Banyumas menggandeng para pemuda dari berbagai komunitas di Purwokerto, di antaranya adalah AMSA, ABI, OMK Voltus Yoseph Purwokerto, IMM, PC PMII, Rakin, OMKER, JAI, dan berbagai komunitas muda lintas iman lainnya.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan doa lintas iman. Dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Cabang Ahmadiyah, Sofi Adnan. Sofi mengungkapkan bahwa perbedaan yang ada merupakan anugerah dan kemerdekaan merupakan buah dari persatuan.

“Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini merupakan buah manis dari persatuan. Kita semua sama, yang membedakan kita hanyalah keimanan kita kepada Tuhan,” ucap Sofi Adnan.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa dalam menyongsong kemerdekaan, kita diharapkan memiliki jiwa dan semangat, pemikiran, serta gagasan-gagasan yang telah diwariskan Gus Dur.

Koordinator GUSDURian Banyumas, Nurcholis, dalam sambutannya juga mengungkapkan hal serupa terkait persatuan.

“Di mana pun peringatan HUT RI, esensinya adalah memperkuat kembali rasa persatuan dan kesatuan. Perpecahan yang terjadi sejatinya diciptakan oleh kelompok-kelompok kepentingan saja,” kata Nurholis.

“Selain nobar dan diskusi film, kita bisa saling bersilaturahmi sebagai upaya kita dalam merawat dan menjaga kebhinekaan. Ini adalah replika keberagaman Indonesia yang sesungguhnya,” imbuhnya.

Acara dilanjutkan dengan nonton bersama film Di Bawah Bendera Demokrasi dan diskusi dengan pemantik Ziaudin (AMSA) dan Nikolas (OMK Voltus Santo Yoseph), serta dipandu oleh Yola (GUSDURian Banyumas) selaku moderator.

Terkait film tersebut, Nikolas berpendapat bahwa Gus Dur merupakan sosok yang demokratis. 

“Yang paling terkenal dari Gus Dur adalah sosok pencetus kebebasan beragama dan beribadah bagi etnis Tionghoa di Indonesia. Ia selalu memperjuangkan kemerdekaan kaum minoritas,” ungkapnya.

“Demokrasi artinya kebebasan, Gus Dur mampu mendorong nilai baru bagi demokrasi melalui paham kesetaraan HAM, humanisme, dan toleransi politik,” Ziaudin menambahkan.

Acara nobar dan diskusi berlangsung sekitar dua jam dan ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan berupa beberapa buku tentang Gus Dur kepada para peserta.

Penggerak Komunitas GUSDURian Banyumas, Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *