Komunitas GUSDURian Sukabumi Raya menggelar Forum 17-an dengan menghadirkan Panggung Rakyat sebagai upaya kampanye perdamaian serta komitmennya dalam merawat keberagaman.
Acara yang melibatkan beberapa unsur keagamaan tersebut digelar di Pondok Pesantren Ulul Albab, Jalan Karangtengah Karamat No 125, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, pada Sabtu (26/08) mulai sore hari hingga malam.
Koordinator Komunitas GUSDURian Sukabumi Raya, Herland Heryadie mengatakan, gelaran Panggung Rakyat ini adalah upaya komunitas dalam mengkampanyekan perdamaian, persaudaraan, nilai kebangsaan, kebhinekaan, keberagaman serta keberagamaan.
“Oleh karena itu, Komunitas GUSDURian Sukabumi Raya dalam setiap kegiatannya sering melibatkan kalangan lintas agama dan lintas iman, termasuk dalam kegiatan ini,” sambungnya.
Selain itu, Herland juga menyampaikan Panggung Rakyat menjadi salah satu media untuk mengenalkan kepada khalayak bahwa Komunitas GUSDURian Sukabumi hadir dan mewarnai.
“Gerakan ini adalah salah satu cara mengabarkan kepada khalayak bahwa kami, Komunitas GUSDURian Sukabumi Raya ini ada dan hadir di tengah-tengah masyarakat Sukabumi,” tambahnya.
Terakhir, Herlan berpesan, melalui do’a lintas iman yang dilangsungkan di penghujung acara, agar seluruh masyarakat bisa terus menjaga kesatuan dan persatuan dalam bernegara.
“Gus Dur sudah meneladani, saatnya kita melanjutkan,” ucap Herland, mengutip jargon yang sering dipakai Komunitas GUSDURian.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Kegiatan, Hendra Gunawan mengatakan gelaran Panggung Rakyat ini dalam rangka mengkampanyekan 9 nilai Gus Dur dan mengokohkan solidaritas lintas agama di Sukabumi.
“Kami sajikan Panggung Rakyat ini kepada khalayak, publik perlu sama-sama menjadikan Gus Dur sebagai inspirasi, karena 9 Nilai Gus Dur mulai dari soal tuhid hingga kearifan tradisi menjadi dasar pijakan komunitas kita dalam melakukan gerakan,” terangnya.
Selain itu, pria yang juga berprofesi sebagai advokat itu memastikan bahwa yang hadir dalam gelaran Panggung Rakyat itu diikuti oleh jejaring Komunitas GUSDURian Sukabumi Raya yang berasal dari berbagai unsur agama, budaya dan aliran kepercayaan.
“Panggung Rakyat ini melibatkan banyak pihak sebagai jejaring komunitas. Ada teman-teman yang dari NU, Muhammadiyah, Ahmadiyah, Jama’ah Ahlul Bait, Penghayat, Kristen, Buddha, Katolik, Hindu, Konghucu, unsur ormas, organisasi mahasiswa, grup seni debus Dadali Pati Nusantara, Wushu SD Persatuan Kota Sukabumi, dan teman-teman yang lain,” paparnya.
Dengan demikian, Hendra menegaskan, semakin banyak ruang perjumpaan, mempertemukan berbagai kalangan, semakin meyakinkan bahwa Sukabumi, kota khususnya, layak menyandang gelar sebagai kota toleran.
Untuk diketahui, acara ini berlangsung sejak pukul 4 sore hingga pukul 9 malam, yang diisi dengan ragam gelaran seni budaya mulai dari seni musik hingga pertunjukan debus dan aksi bela diri. Dua atraksi kesenian berbeda yang setelah dipadukan, berhasil memecah antusiasme penonton.
Pertama, atraksi beladiri wushu yang ditampilkan oleh anak-anak SD Persatuan Kota Sukabumi, kemudian setelahnya atraksi kesenian debus oleh Yayasan Dadali Pati Nusantara. Menuju ke malam, acara diisi dengan sajian yang lebih kalem dan reflektif. Mulai dari orasi ilmiah dan pembacaan puisi oleh penggerak GUSDURian Sukabumi Raya, kemudian ditutup dengan renungan dan doa lintas iman.