Social Media

Kenang Gus Dur, GUSDURian UIN Walisongo Semarang Hadirkan Panggung Rakyat di Depan Kampus

SEMARANG – Komunitas GUSDURian UIN Walisongo (GUSDURian UINWS) Semarang mengadakan Peringatan Harlah Gus Dur yang mengusung konsep “panggung rakyat”. Kegiatan ini mengambil tema “Gus Dur di Mata Masyarakat”.

Acara tersebut diadakan di depan gerbang kampus 3 UIN Walisongo Semarang pada Sabtu, 25 Agustus 2023 mulai pukul 20.00 WIB. Para pengunjung yang hadir untuk menonton panggung rakyat tersebut bukan hanya para penggerak GUSDURian UIN Walisongo dan tamu undangan saja, melainkan juga mahasiswa-mahasiswi UIN Walisongo yang sedang ngopi di depan kampus 3.

Acara harlah diawali dengan hiburan musik oleh Blue Band yang diisi oleh para penggerak GUSDURian UINWS sebelum acara dibuka oleh MC. Di sesi ini penonton bisa request lagu apa pun.

Acara Harlah Gus Dur tahun ini mengambil konsep baru selama kepengurusan GUSDURian UIN Walisongo Semarang. Melalui panggung rakyat, semua orang bebas memberikan sebuah pentas di depan penonton.

Setelah dibuka oleh Yazid Nur Iman Yahya, sebagai MC dengan bacaan basmalah, acara Harlah Gus Dur dilanjutkan dengan sambutan dari presidium 2 GUSDURian UIN Walisongo. Presidium 2 GUSDURian UINWS, Khoirunnisa membicarakan terkait dua tanggal lahir Gus Dur pada sambutannya tersebut, yaitu tanggal 4 Agustus dan 7 September.

“Tanggal lahir Gus Dur yang sebenarnya adalah 4 Sya’ban 1359 H yang pada saat itu bertepatan pada tanggal 7 September 1940 M. Namun Gus Dur membiarkan kedua tanggal tersebut dijadikan sebagai tanggal lahirnya,” sambut Nisa

Setelah sambutan dari presidium 2 GUSDURian UINWS, acara dilanjut dengan penampilan dari Khoirul, salah satu penggerak GUSDURian UINWS. Ia menampilkan puisi karyanya sendiri yang berjudul “Harmoni dalam Keberagaman”. Kemudian dilanjut penampilan puisi oleh Anna yang berjudul “….”

Setelah penampilan 2 puisi untuk Gus Dur, penggerak GUSDURian UINWS menampilkan sebuah teater yang mengangkat isu ekologi, keadilan, dan kesetaraan. Teater drama pendek tersebut dibawakan oleh Riyana luli, Afwan Yazid, dan Dzulfakhor.

Acara inti dari diadakannya panggung rakyat ini adalah refleksi perihal “Bagaimana Gus Dur di Mata Masyarakat”. Refleksi pertama disampaikan oleh Muhammad Syafiq Yunensa, Koordinator GUSDURian UINWS tahun 2020-2021. Syafiq bercerita bagaimana cara ia mencari Gus Dur, bagaimana ia memandang Gus Dur, serta bagaimana Gus Dur memberikan pengaruh yang cukup besar di dalam hidupnya. Ia juga menceritakan pengalamannya selama live in di perkampungan Ahmadiyah.

Refleksi kedua disampaikan oleh Sholikhatun khasanah. Ia bercerita bagaimana dia memandang keberagaman sebelum dan sesudah berkuliah, terutama ketika bergabung dengan GUSDURian. Dahulu ia cukup skeptis terkait perbedaan yang disebabkan karena lingkungannya yang homogen.

“Jika kita berkumpul dengan orang-orang yang berbeda agama, ras, dan budaya dengan kita, itu akan menciptakan rasa toleran dan pluralisme dalam diri kita,” ucap Anna.

Refleksi terakhir disampaikan oleh salah seorang tamu undangan bernama Wizi, yaitu mahasiswi Ahmadiyah yang juga berkuliah di UIN Walisongo Semarang. Ia bercerita terkait bagaimana Gus Dur menyambut khalifah ke-4 Ahmadiyah, yakni Tahir Ahmad ketika datang pertama kali di Indonesia. Gus Dur menyambutnya sebagai tamu besar negara dan mengizinkan khalifah untuk mengunjungi pusat-pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

So far, saya tidak pernah mendapat perlakuan yang kurang baik selama di kelas maupun di luar kelas. Beberapa teman saya banyak yang mengajak bertukar pikiran terkait Ahmadiyah dan ormas yang diikutinya,” ucap wizi. Dia juga menerangkan bahwa ada beberapa dosen yang memberikan statement kurang baik terkait Ahmadiyah, namun ia berusaha untuk meluruskan.

Adanya statement yang kurang baik terkait dengan agama maupun kepercayaan yang berbeda dengan mayoritas adalah disebabkan karena kurangnya interaksi mereka dengan kepercayaan tersebut. Sehingga banyak di antara orang-orang yang mulai terbuka dan menerima kepercayaan lain setelah mereka melakukan interaksi dan diskusi santai bersama dengan orang-orang yang berbeda dengan kita.

Acara ditutup dengan menyanyikan lagu Indonesia Pusaka dan berakhir pada pukul 22.00 WIB. Acara Harlah Gus Dur di UIN Walisongo Semarang ini kita diharapkan dapat mengenang dan mengikuti jejak nilai-nilai dan keteladanan Gus Dur.

Penggerak Komunitas GUSDURian UIN Walisongo, Semarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *