JEPARA – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, di tengah arus politik yang semakin deras, Komunitas GUSDURian Jepara dengan tegas menyatakan tidak berpolitik. Alasannya adalah untuk menjaga konsistensi dan kredibilitas.
Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Wahid mempersilakan kepada teman-teman Jaringan GUSDURian se-Indonesia untuk mendukung atau memilih pemimpin dan tidak membawa nama organisasi (Jaringan GUSDURian).
“Jaringan GUSDURian tetap komit untuk tidak terlibat politik praktis. Perjuangan kita jangka panjang, bukan untuk urusan lima tahunan,” tulis di akun Twitternya @AlissaWahid, Sabtu (2/9/23) lalu.
Sampai Minggu, 10 September 2023, statement tersebut telah dilihat oleh 487 ribu penonton dan mendapatkan 5.792 like, 347 komentar, dan diretweet sebanyak 1.218 oleh netizen. Disebutkan, sekali GUSDURian berpolitik kredibilitas jadi ampas.
“Satu saja komunitas GUSDURian lokal membawa nama Jaringan GUSDURian untuk mendukung politik praktis, seluruh jaringan kita akan berkurang,” ujar Alissa.
“Mari kita jaga baik-baik konsistensi dengan menjaga kesepakatan kita selama 13 tahun ini. Ruang kerja kita bersama rakyat, bukan dengan politisi,” imbuh Alissa kepada netizen di media sosial (medsos).
Setali tiga uang, Koordinator Jaringan GUSDURian Jepara, Fuad Fahmi Latif tegak lurus dengan Alissa. Menurutnya, konsistensi tidak berpolitik dan bersikap pluralis perlu dijaga dengan baik, apalagi di situasi politik yang panas.
Di samping itu, meski Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berpolitik, kata dia, namun yang dilakukannya adalah merealisasi cara atau metode berpikir yang menerapkan inklusivitas maupun moderasi dalam bersikap.
“Tidak perlu dipungkiri bahwa Gus Dur juga berpolitik. Namun, jangan sampai terjadi penyempitan makna kepadanya. Sebab, Gus Dur termasuk Jaringan GUSDURian menjunjung tinggi keseimbangan,” pungkas Fuad, Minggu (10/9/23) pagi.
