Social Media

Menuju Hari Santri 2023: Jihad Santri Jayakan Negeri

Hari Santri tahun ini mengusung tema yang menarik, yaitu “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Sebuah tema yang relevan untuk santri dan sumbangsihnya terhadap eksistensi bangsa. Santri sendiri memiliki sumbangsih yang sangat besar terhadap berdirinya republik ini. Banyak pejuang kemerdekan yang berasal kalangan santri. Mereka betul-betul berjihad untuk membebaskan rakyat di Nusantara ini dari cengkeraman kolonialisme.

Perjuangan para santri bukan hanya perjuangan lewat fisik, tapi juga lewat jihad intelektual. Perumusan dasar negara ini juga banyak diwarnai para pemikir santri. Dasar negara yang kita miliki saat ini merupakan legacy dari (salah satunya) para santri yang berjuang ikhlas demi eksistensi negara Indonesia ke depan.

Warisan dari pejuang kemerdekaan yang telah kita nikmati pada hari ini, yang notabene merupakan warisan para santri perlu dijaga dan dipelihara dengan baik. Pemikiran-pemikiran para santri pejuang kemerdekaan sangat cocok dengan Indonesia yang akan dibangun ke depan. Indonesia yang berdiri di atas landasan keberagaman dalam berbagai perspektif menjadi dasar dari para perumus dasar negara atau pandangan hidup bangsa. Betapa para santri sangat memahami ramuan kebangsaan dan menjadi perekat dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan menjadi pondasi dasar untuk keutuhan bangsa ke depan.

Para santri generasi penerus bangsa perlu merujuk kepada santri generasi awal dalam memaknai kehidupan kebangsaan dan pemikiran kehidupan kebangsaan dalam melihat Indonesia secara keseluruhan. Indonesia adalah negara dan bangsa yang besar. Santri generasi hari ini, punya tugas yang berat: menjaga nilai-nilai yang telah diwariskan para pendahulu, yaitu pemikiran yang brilian tentang pondasi kebangsaan dan pengembangan kebangsaan. Menjaga nilai-nilai kebangsaan yang telah ditinggalkan oleh para santri awal, bukan hanya warisan pemikirannya, tetapi juga jihad intelektual dari mereka. Para santri pendiri bangsa ini dikenal sangat bergairah dalam berjihad intelektual. Mereka dikenal dengan aktivis yang intelektual atau intelektual yang aktivis. Itulah yang banyak dimiliki para pendiri bangsa, yaitu kemampuan di bidang intelektual yang ditopang dengan kemampuan di bidang pergerakan.

Dengan membaca atau mempelajari sejarah perjuangan dari para santri pendiri dan perumus kemerdekaan itu akan memberikan semangat dan suntikan dalam melanjutkan cita-cita mereka dalam memberikan fondasi awal dalam bernegara yang sesuai dengan kondisi Nusantara yang pluralistik dalam berbagai perspektif. Itulah tugas yang dilanjutkan oleh generasi santri hari ini.

Melanjutkan cita-cita pendiri bangsa yang diwariskan tersebut bukanlah persoalan yang mudah dilakukan. Di era modern sekarang ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh generasi santri hari ini, di antaranya masifnya gerakan-gerakan keagamaan radikal yang sangat literal dalam memahami penafsiran keagamaan. Mereka aktif mengkampanyekan pemahaman keislaman yang kaku dan tidak memperhatikan kondisi budaya dan kearifan-kearifan lokal yang ada di Indonesia.

Dengan melihat kondisi seperti ini, santri harus tampil di garda terdepan untuk mengkampanyekan pemikiran-pemikiran keislaman moderat atau wasatiyah, seperti yang menjadi visi dari para pejuang pendiri negara dan pemerintah saat ini yang sangat masif dalam mengkampanyekan pemahaman Islam yang moderat. Program pemerintah dalam mengkampanyekan moderasi beragama itu sangat sejalan dengan visi para santri. Keberadaan para santri di berbagai pesantren sudah sangat familier dengan ajaran-ajaran Islam wasatiyah. Kiai-kiai yang ada di pesantren dikenal punya pemahaman keislaman yang kuat karena telah banyak membaca kitab-kitab yang telah diwariskan oleh ulama-ulama klasik. Ajaran-ajaran kiai yang syarat dengan keilmuan yang mendalam. Itulah santapan keseharian oleh para santri. Dengan demikian santri dijamin punya wawasan keislaman yang moderat, punya wawasan keilmuan klasik yang kuat, dan juga punya wawasan kemodernan.

Banyak tokoh-tokoh nasional yang juga pemikir keislaman berasal dari identitas santri, seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Syafi’i Ma’arif, Komaruddin Hidayat, dan sederet cendekiawan-cendekiawan muslim lainnya, yang sering mengkampanyekan pemahaman keislaman wasatiyah. Pemahaman keislaman mereka perlu dijadikan kiblat pemahaman keislaman oleh santri-santri masa kini. Indonesia sangat membutuhkan keislaman yang dikawinkan dengan keindonesiaan sebagaimana yang menjadi pemikiran para tokoh-tokoh moderat di atas. Warisan dari pemikiran tokoh bangsa tersebut menjadi konsumsi para santri demi melanjutkan cita-cita perjuangan mereka.

Ada pesan dari Kiai Sahal Mahfudz yang menjadi pegangan untuk semua santri. Pesan yang begitu mendalam dari seorang kiai yang sangat terkenal dengan fikih sosialnya. Bahwa sifat abadi yang harus dimiliki oleh seorang santri di antaranya, bahwa seorang santri harus punya prinsip, punya landasan dasar, punya pegangan keagamaan yang kuat, atau kalau dalam bahasa teologi, bahwa seorang santri punya keimanan yang kokoh. Keimanan ini terbentuk dari pergumulan keilmuan bersama dengan kiai di pesantren. Pesan selanjutnya dari Kiai Sahal Mahfudz adalah bahwa seorang santri jangan pernah berhenti belajar. Tidak ada kata halte dalam belajar bagi seorang santri. Belajar adalah dari ayunan sampai ke liang lahad itu dasar bagi seorang santri untuk terus belajar. Itulah sebab di pesantren pembelajaran dalam setiap hari hampir tidak pernah berhenti, mulai dari pagi sampai menjelang tidur, santri selalu bergumul dengan kitab-kitab rujukan dan kiai yang membimbing mereka.

Selanjutnya pesan dari Kiai Sahal untuk para santri adalah bahwa seorang santri harus kritis. Salah satu kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang santri adalah punya daya kritik terhadap pengembangan keilmuan yang mereka miliki, punya argumentasi mendalam dalam memberikan pendapat atau rujukan yang kuat terhadap berbagai persoalan umat. Dan terakhir yang dipesankan oleh Kiai Sahal adalah bahwa seorang santri harus punya akhlak yang baik, baik terhadap sesama santri, di lingkungan masyarakat, lebih-lebih terhadap gurunya atau kiainya yang banyak memberikan ilmu dan teladan kepada mereka.



(Bumi Pambusuang, 9 Oktober 2023)

Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *