KEDIRI – Komunitas GUSDURian Mojokutho 87 Pare mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi terkait program kegiatan dan pendampingan yang dilakukan di wilayah Pare dan sekitarnya pada Sabtu, 28 Oktober 2023. Agenda rapat yang dimulai pukul 20.00 WIB ini berlangsung di Rumah Kayu Pare dan diikuti oleh lingkar sahabat GUSDURian Mojokutho 87 Pare, relawan GUSDURian Peduli, Bang Anton Polres Pare, Bang Rendi Sekretaris KPU Kabupaten Kediri, dan jejaring Komunitas GUSDURian Mojokutho 87 Pare.
Agenda dimulai dengan melakukan evaluasi terkait program kerja umum GUSDURian Mojokutho 87 Pare yang disampaikan langsung oleh Anugrah Yunianto alias Antok Mbeller selaku koordinator.
Selain itu, beberapa program lain disampaikan oleh masing-masing koordinator. Di antaranya bidang SAR dan kebencanaan disampaikan oleh Jerry Posumah, bidang publikasi dan media sosial oleh Adeansyah, bidang pendidikan oleh Arwina, bidang kebencanaan oleh Nur Maryam, bidang manajemen rumah lansia oleh Bernadheta Felicia, bidang humas oleh Bang Anton Polres Pare, dan saran serta masukan dari Bang Rendi selaku Sekretaris KPU Kabupaten Kediri.
Dalam agenda tersebut pokok utama pembahasan yang dievaluasi adalah program RUKUN Berbudaya. Hal ini disebabkan RUKUN Berbudaya merupakan program baru yang diinisiasi oleh GUSDURian Mojokutho Pare. Selain itu, RUKUN Berbudaya banyak melibatkan instansi Pemerintah Kabupaten Kediri khususnya UPT Dinas Pendidikan yang memiliki wewenang penyelenggaraan pendidikan tingkat SMA. Kemudian RUKUN Berbudaya juga melibatkan sinergi Kementerian Agama Kabupaten Kediri yang memiliki wewenang penyelenggaraan pendidikan Madrasah Aliyah. Sinergi ini dilakukan oleh GUSDURian Mojokutho Pare atas dasar sasaran program RUKUN Berbudaya pada anak usia remaja, khususnya di bangku sekolah SMA sederajat. Mereka dipilih sebagai sasaran kegiatan rukun berbudaya yang diharapkan dapat mengakomodir implementasi dan internalisasi nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama di sekolahnya.
“Program RUKUN Berbudaya diharapkan menjadi wadah bagi anak-anak yang memiliki masalah di sekolah. Hal ini menjadi pertimbangan agar anak-anak tersebut mempunyai wadah berkegiatan positif untuk mengekspresikan diri berdasarkan hal-hal yang disenangi dan tidak melanggar moral, adab, dan etika. Selain itu, kita dapat membentuk tim RUKUN Berbudaya dari peserta agar mereka berkesempatan untuk langsung bergerak turun ke lapangan dan GUSDURian sebagai koordinator penyelenggara kegiatan,” ungkap Bang Anton Polres Pare.
“Dalam forum ini saya menyarankan agar fasilitator menggunakan bahasa-bahasa yang lebih ringan agar mudah diterima anak-anak. Lima delegasi dari setiap sekolah yang terlibat dalam RUKUN Berbudaya harapannya menjadi embrio untuk sekolah masing-masing kemudian membawa pengalaman dan pembelajaran yang didapat dari RUKUN Berbudaya kepada teman-teman dan lingkungan di sekitarnya. Dan saya juga berpesan untuk GUSDURian Mojokutho Pare agar melakukan koordinasi langsung kepada sekolah-sekolah yang terlibat dalam kegiatan RUKUN Berbudaya,” ungkap Bang Rendi Ketua KPU kabupaten Kediri.
Lebih dari itu, RUKUN Berbudaya juga mengagendakan kegiatan wisata parlemen yang diinisiasi oleh Bapak Dodi Purwanto Ketua DPRD Kabupaten Kediri pada pembukaan RUKUN Berbudaya 21 Oktober lalu. Wisata parlemen bertujuan mengedukasi siswa tingkat SMA sederajat tentang tugas, wewenang, dan tupoksi masing-masing lembaga pemerintah dan dinas terkait khususnya Pemkab Kediri.
Selanjutnya, terkait program Sinau Bareng GUSDURian (SIBAGUS) dilaporkan bertambahnya tiga wilayah pendampingan kegiatan belajar SIBAGUS. Tiga wilayah tersebut adalah Desa Puncu, Desa Gedangsewu, dan Dusun Sumberdono. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi GUSDURian Mojokutho Pare untuk mengurus izin operasional Sinau Bareng GUSDURian sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Rencana tersebut diungkapkan oleh Arwina sebagai pertimbangan semakin meluasnya wilayah pendampingan hingga di luar wilayah Kecamatan Pare sehingga memerlukan pertimbangan legalitas perizinan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri.
Terkait respons kebencanaan, GUSDURian Mojokutho Pare membuat modul yang berisi konsep pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat mandiri yang rencananya akan diterapkan di salah satu titik wilayah terdampak bencana sekunder aliran lahar letusan Gunung Kelud, yaitu aliran Sungai Kalirejo. Modul dibuat dan disusun oleh GUSDURian Mojokutho Pare agar setiap program yang berjalan memiliki standar pelaksanaan dan target yang jelas. Beberapa modul yang telah disusun di antaranya modul SIBAGUS, modul RUKUN Berbudaya, dan yang sedang dalam proses pembuatan adalah modul FPRB masyarakat mandiri.
Dalam kesempatan tersebut turut hadir pemuda konten kreator dari channel YouTube Peyok Kopyor yang rencananya akan bersinergi bersama GUSDURian Mojokutho Pare. Beberapa konten yang akan dibuat bersama yaitu podcast pengenalan komunitas GUSDURian, kegiatan rumah kemanusiaan, Sinau Bareng GUSDURian, dan RUKUN Berbudaya.
Agenda terakhir ditutup dengan orasi pemuda sebagai bentuk renungan Hari Sumpah Pemuda yang disampaikan oleh Bernadheta Felicia sebagai orator. Dalam orasinya ia mengajak kaum muda untuk berperan aktif dalam segala bentuk kegiatan yang berdampak positif khususnya untuk kepentingan kemanusiaan. Rangkaian kegiatan ditutup pada pukul 23.00 WIB dengan dokumentasi dan foto bersama. Harapan ke depannya semua program yang berjalan selalu dievaluasi agar semakin baik dan tepat sasaran.