BANDUNG – Komunitas GUSDURian Bandung menggelar peringatan Haul Gus Dur ke-14 pada Minggu (7/1) di Gedung PCNU Kota Bandung, Jawa Barat. Kegiatan ini bekerja sama dengan Majelis Taklim Muda Mudi Nahdlatul Ulama (NU) Kota Bandung dan Komunitas Kripik Singkong.
Agenda yang mengusung tema “Meneladani Budaya Etika Demokrasi Gus Dur” ini menjadi salah satu momentum untuk menyebarkan teladan bagi setiap insan yang meneladani pemikirannya.
Menurut pembina GUSDURian Bandung, Prof. H. Dudang Gojali, haul tahun ini ingin membawa pemikiran-pemikiran dan kontribusi Gus Dur dalam demokrasi.
“Ketika kita ngomong demokrasi di negara ini, itu nanti yang akan kita omongin dengan situasi Indonesia hari ini dan nanti,” tutur pria yang juga dosen UIN Sunan Gunung Djati tersebut.
Hal senada juga diungkapkan Koordinator Akademi Pemilu dan Demokrasi (APD), Trio Hamdoni. Dirinya mengatakan, budaya etika berdemokrasi yang ditunjukkan oleh Gus Dur tetap relevan di tengah situasi pesta demokrasi 2024 mendatang yang kini kian memanas.
Menurut Trio, komitmen untuk mengangkat keadilan pada konstitusi dan undang-undang harus dimiliki oleh masyarakat khususnya dalam menjelang pemilu.
“Banyak hal yang dapat dipelajari oleh seluruh elemen pemilu tentang bagaimana seharusnya demokrasi ditempatkan, ditata, dan diarahkan,” paparnya.
Pada momen Haul Gus Dur tersebut, turut hadir pula KH. Wahyu Afif al Ghofiqi atau lebih dikenal Kiai Mako. Dalam sambutannya, pihaknya menyampaikan bahwa Gus Dur mengajarkan kita untuk selalu mengangkat martabat manusia.
“Selain anti-kekerasan, pemikiran Gus Dur juga selalu patuh pada konstitusi dan undang-undang, bukan malah dengan seenak hati berusaha membuat konstitusi mendukung keinginan kita.” terang Kiai Mako.
Lebih lanjut, Kiai Mako mengungkapkan bahws Gus Dur selalu meneguhkan prinsip, seperti di dalam politik, menurutnya harus ada kemanusiaan.
“Ketika politik kembali pada jati dirinya sebagai sarana membangun kesejahteraan bersama, rakyat akan merasakan kedamaian dan kemajuan,” sambungnya.
Sebagai penutup, Koordinator GUSDURian Bandung, Jamiludin menyampaikan, demokrasi akan tumbuh dengan sehat apabila dijamin dengan tiga hal, yaitu kebebasan, kesamaan, dan kedaulatan hukum.
“Tak kan ada demokrasi kalau tidak ada persamaan, kebebasan, dan kedaulatan hukum,” ungkap Jamil, sapaan akrabnya.
Warisan Gus Dur yang harus dijaga bukan berupa uang, tapi nilai-nilai yang hidup perlu terus dirawat dan dijaga untuk keberlangsungan hidup berbangsa.