Serukan Penjagaan Lingkungan Berbasis Rumah Ibadah, GUSDURian Surabaya dan GLI Adakan Kelas Ekoteologi di GKI Jemursari

SURABAYA – Melihat sinergi antara ajaran agama dan lingkungan, Komunitas GUSDURian Surabaya menggelar Kelas Ekoteologi (Agama & Lingkungan) bersama Green Leadership Indonesia (GLI) Surabaya, Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Wilayah (PGIW) Jawa Timur.

Pengurus GKI Jemursari, Pengurus PGIW Jawa Timur, Peserta GLI, dan anggota komunitas GUSDURian Surabaya menghadiri kelas tersebut yang dilaksanakan pada Minggu, 04 Februari 2024 dan bertempat di GKI Jemursari, Jl. Jemur Sari Selatan VII No. 6-10, Surabaya, Jawa Timur.

Siti Sumriyah, Koordinator GUSDURian Surabaya menyampaikan dalam sambutannya betapa pentingnya peran pemuka agama dalam mengedukasi masyarakat akan lingkungan. Dia mencontohkan kasus Covid-19 di mana masyarakat lebih mengindahkan seruan memakai masker yang disampaikan langsung oleh para kiai daripada tenaga kesehatan.

“Begitupun dalam menjaga lingkungan, ketika hal ini disampaikan langsung oleh bapak pendeta pasti memiliki power tersendiri,” ujarnya.

Kelas Ekoteologi ini diisi oleh tiga narasumber, yaitu Pendeta Ariel Aditya Susanto dari GKI Jemursari, Faturrahman Makarim Subiyakto dari GUSDURian Surabaya, dan Dea Ayu Puspita dari Green Leadership Indonesia. Para narasumber berinteraksi dengan para peserta saat menyampaikan materi. Kelas pun menjadi cair dan hangat.

Pendeta Ariel dari agama Kristen menjadi narasumber pertama yang menyampaikan keterkaitan antara agama dan lingkungan tercermin dalam ayat kejadian 1:28, yang berbunyi “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

“Penciptaan alam semesta, yang dibuat awal-awal oleh Tuhan adalah penopang bumi, dari situ bisa kita lihat betapa menjaga alam yang menopang alam ini sangat penting,” paparnya. Setelah mendapatkan tiga poin besar materi tentang agama & lingkungan, para peserta antusias untuk bertanya dan sharing.

Ike Nurjanah, penggerak GUSDURian Surabaya menyampaikan keresahannya akan lingkungan di area tempat tinggalnya, di mana ketika banjir melanda, para ibu-ibu acapkali membuang sampah dengan asumsi sampah tersebut akan hilang bersama genangan air.

Berbeda dengan situasi di atas, Ibu Reti dari GKI Jemursari justru bercerita bahwa beliau dan keluarga sudah menerapkan gaya hidup hijau berupa pengelolaan sampah. Terakhir, Samuel dari GKI Jemursari juga bertanya apakah setelah kelas ini akan ada kegiatan lingkungan.

“Ke depannya jika ada aksi-aksi lingkungan kami siap untuk terlibat,” pungkasnya.

Kelas Ekoteologi ini akan tetap berlanjut di tempat ibadah lainnya. Terlebih melihat antusiasme dari para peserta di kelas ekoteologi pertama. GUSDURian Surabaya dan Green leadership Indonesia berkomitmen untuk intens menyuarakan penjagaan lingkungan dari tempat ibadah berbagai agama lainnya di Kota Surabaya.

Penggerak Gerdu Suroboyo/Komunitas GUSDURian Surabaya, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *