Gardu Pemilu Tulungagung Bincangkan Demokrasi Pasca-Reformasi dalam Diskusi Fordem

TULUNGAGUNG – Mendekati pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2024, Gardu Pemilu Bonorowo Tulungagung mengadakan forum diskusi yang bertemakan “Setengah Hati Kondisi Demokrasi Pasca-Reformasi”. Forum Demokrasi (Fordem) tersebut dilaksanakan pada Jum’at, 9 Februari 2024 bertempat di Angkringan Joglo Agung, Plosokandang, Tulungagung, Jawa Timur.

Acara turut ramai dihadiri oleh berbagai kalangan, baik mahasiswa, komunitas, elemen lintas iman, hingga para anggota komunitas GUSDURian Bonorowo Tulungagung sebagai penggerak Gardu Pemilu.

Dipandu oleh tiga narasumber, di antaranya Ahmad Gelora Mahadika selaku Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Masrukin selaku komisioner Bawaslu Kabupaten Blitar, dan Christina Dery Hariani selaku Aktivis Muda yang menyuarakan perjalanan pemilu mulai tahun 1970-an hingga apa yang terjadi pada demokrasi sejak pra sampai pasca-reformasi, serta kontestasi politik hari ini.

Kelvin Ferninan Rhomadhona selaku Koordinator Gardu Pemilu Bonorowo Tulungagung mengungkapkan alasan mengangkat tema “Setengah Hati Kondisi Demokrasi Pasca-Reformasi” merupakan respons atas kondisi politik akhir-akhir ini, sekaligus menjadi refleksi kembali sejauh apa demokrasi di Indonesia berjalan pasca-reformasi. Apakah memang sudah ideal atau masih jauh dari ekspektasi dan tujuan bersama.

“Selain itu, mengajak masyarakat secara sadar dan tanggung jawab mengawal pemilu dan terciptanya konsolidasi di tataran masyarakat sipil untuk mewujudkan demokrasi yang jujur, adil, damai, dan bermartabat,” ujar Kelvin.

Ahmad Gelora Mahardika menjelaskan apa yang terjadi pada kontestasi pemilu di era pra-reformasi hingga pasca-reformasi hingga beberapa poin yang menjadi evaluasi dari runtuhnya marwah demokrasi.

“Terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki dari demokrasi hari ini, yakni netralitas pejabat negara untuk menegakkan fungsi demokrasi, dan perlawanan pada politik dinasti,” jelas Gelora.

Kondisi kontestasi politik hari ini juga disampaikan oleh Masrukin. Menurut Masrukin, politik uang selain menjadi permasalahan juga menjadi kebahagiaan, dan posisi Bawaslu memiliki tugas untuk mencegah kasus ini. Kemudian hal penting lainnya adalah bagaimana peran kelompok muda melakukan pengawasan terhadap pemilu.

“Banyaknya pelanggaran pemilu seperti salah satunya adalah politik uang. Politik uang di satu sisi menjadi kasus yang tinggi tetapi di sisi lain juga menjadi budaya masyarakat yang mereka ikut menikmati,” papar Masrukin.

Selain mengadakan Forum Demokrasi untuk edukasi politik, Rizka Hidayatul Umami selaku Koordinator GUSDURian Bonorowo Tulungagung juga mengungkapkan ada hal penting yang menjadi tugas kita bersama dari Pemilu 2024 ini.

“Setelah ini, kan, kampanye berakhir, setelah tanggal 11 itu hari tenang, kan. Jadi tugas kita adalah ikut mengawal C-Hasil yang dari TPS per TPS sampai ke kecamatan sampai ke pusat itu tidak memanipulasi lagi. Kalau kejauhan sampai situ, kita berdoa semoga demokrasi yang sekarang lebih baik lah,” terang Rizka.

Setelah forum diskusi selesai, dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap yang dibacakan oleh tim Gardu Pemilu GUSDURian Bonorowo Tulungagung bersama perwakilan lintas iman. Kemudian dilanjutkan dengan penandatangan suara rakyat untuk menyuarakan pemilu yang jujur, adil, damai, dan bermartabat.

Penggerak GUSDURian Tulungagung, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *