Kehangatan Sahur Sinta Nuriyah bersama Komunitas Disabilitas Semarang

SEMARANG – Telah berlangsung sahur oleh Sinta Nuriyah Wahid, istri mendiang Gus Dur yang berjalan penuh hangat bersama para penyandang disabilitas yang bertempat di Klenteng Tay Kak Sie Kota Semarang, pada Senin (01/04). Dengan mengangkat tema “Puasa sebagai Perisai Keserakahan dan Kemungkaran”, perempuan yang akrab disapa Ibu Sinta tersebut mengajak masyarakat tetap menjaga persatuan persaudaraan pasca-pesta rakyat tahun ini. 

Acara ini terselenggara berkat kerja sama antara Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) dengan dukungan berbagai lembaga di Semarang, antara lain, Klenteng Tay Kak Sie, Klub Merby dan beberapa komunitas seperti Roemah Difabel Inklusi, Komunitas Kinasih, KSD, COMPAC (Komunitas Motor Penyandang Cacat), KOTUROS (Komunitas Ojol Tunarungu Kota Semarang), PPA (Perkumpulan Pemuda Autisma), Komunitas Harapan dan beberapa seniman disabilitas, serta berbagai dukungan dari Baznas RI, Baznas Kota Semarang, Pos Ind – Logistik Indonesia, Garudafood, Marifood, Moci Koshoku Minuman Cheers dan Fresh.

Dihadiri oleh sekitar 400 orang dari berbagai kalangan masyarakat termasuk komunitas lintas iman, komunitas disabilitas, pejabat, tokoh dan budayawan, serta masyarakat sekitar klenteng—acara ini berjalan hangat dan meriah.

Dalam tradisi sahur yang sudah berlangsung selama 24 tahun ini, Ibu Sinta menyatakan bahwa sahur selain mengajak berpuasa sekaligus sebagai media bersilaturahmi khususnya kepada kaum duafa, kaum marginal, dan kaum minoritas termasuk kaum difabel. 

“Sahur ini bertujuan untuk bersilaturahmi dengan kaum duafa, marginal, dan minoritas termasuk para komunitas difabel yang sudah berkenan hadir di sini, berbagi bahagia dengan berkumpul bersama,” tuturnya.

Diungkap secara terpisah dalam sambungan telepon, Krisna Phiyastika selaku panitia menyatakan bahwa sahur ini memang ingin mengangkat tema inklusi di Kota Semarang. 

“Memang ingin mengangkat isu inklusi di Kota Semarang, jadi yang dateng dari berbagai komunitas,” tutur wanita yang biasa dipanggil Krisna tersebut.

“Peserta sahur dari beberapa komunitas yang hadir tidak semua beragama Muslim, acara ini juga diadakan di tempat saat Gus Dur diangkat menjadi Bapak Tionghoa, yaitu Klenteng Tay Kak Sie. Jadi memang ini media silaturahmi lintas iman juga,” sambungnya.

Krisna ini menambahkan, acara ini turut melibatkan komunitas difabel untuk menjemput dan mengiringi Ibu Sinta dari hotel tempat menginap ke lokasi sahur bersama. 

“Jadi ibu dateng dijemput sama temen-temen COMPAC (Komunitas Motor Penyandang Cacat). Itu surprise buat Ibu, Ibu tidak tau kalau besok dijemput sama teman-teman COMPAC. Namun karena tidak memungkinkan pakai motor, teman-teman difabel mengiringi sampai tempat acara,” ceritanya.

Ia juga mengungkapkan panitia yang bertugas pada acara sahur adalah teman difabel.

“Jadi kemarin yang bertugas memang panitianya bersama tetapi yang bertugas saat acara semuanya adalah teman-teman difabel, mulai dari master of ceremony, baca doa, yang adzan, fotografer, yang nyanyi, bahkan kenang-kenangannya dibuat oleh seniman difabel,” ungkapnya.

Ia turut memberikan harapannya mengenai penyandang disabilitas yang rentan diobjektifikasi. 

“Isu inklusi mau kita galakkan, jadi temen-temen difabel bukan untuk sebagai objek, tapi mereka mampu dan berdaya, dengan kita memberikan kesempatan. Kami mau masyarakat menerima dan tidak canggung jika hidup berdampingan dengan temen-temen difabel. Seperti kemarin temen-temen tuli menyanyikan lagu Indonesia Raya dan shalawat pakai bahasa isyarat, itu hal yang patut dinormalisasi tidak dipandang aneh,” pungkasnya.

Salah seorang peserta yang hadir, Yazid Nur Iman Yahya selaku Koordinator GUSDURian UIN Walisongo mengaku terharu dalam rangkaian acara sahur ini. Ia mengatakan betapa semangatnya teman-teman difabel memeriahkan acara.

“Bu Sinta sebagai salah satu difabel telah memberikan spirit yang luar biasa di acara tersebut. Kami harus banyak bersyukur. Teman-teman disabilitas memberikan semangat ketika menjadi petugas di acara sahur tadi pagi,” ungkapnya dengan haru

Tahun 2024 ini sahur keliling mempunyai 28 titik kegiatan, Kota Semarang adalah kota langganan yang tidak pernah absen dalam acara sahur bersama istri mendiang Gus Dur ini. Acara ditutup dengan pembacaan doa bersama oleh teman difabel, Reva dan adzan Subuh oleh Faisal.

Penggerak Komunitas GUSDURian Semarang, Jawa Tengah.

2 Comments

  1. cerebrozen
    April 3, 2024

    I genuinely savored the work you’ve put forth here. The outline is refined, your authored material trendy, however, you seem to have obtained some trepidation about what you wish to deliver next. Assuredly, I will revisit more regularly, akin to I have nearly all the time, provided you maintain this upswing.

  2. zencortex reviews
    April 4, 2024

    I’ve been visiting this site for years, and it never fails to impress me with its fresh perspectives and wealth of knowledge. The attention to detail and commitment to quality is evident. This is a true asset for anyone seeking to learn and grow.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *