Dari Kota Udang Sidoarjo, perjalanan sahur keliling Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid berlanjut menuju kabupaten yang punya jejak kerajaan Majapahit, yakni Mojokerto. Momen kedatangan Ibu Sinta Nuriyah di Pendopo Graha Majatama Kabupaten Mojokerto menjadi semakin berkesan karena disambut oleh tim barongsai dan penampilan terbang Banjari.
Momen ini sungguh sangat penting, karena selain kehadiran Ibu Sinta Nuriyah sendiri yang menjadi magnet kedatangan para undangan, juga pimpinan daerah di Mojokerto yang dipegang oleh sosok perempuan, yang tak lain adalah bupati & ketua DPRD-nya. Hal itu yang juga disampaikan Ibu Sinta saat membuka pidato kebangsaan dalam acara sahur bersama tersebut.
Selain itu beliau juga sempat menyinggung soal Mahapatih Gajah Mada yang merupakan panglima pemersatu kerajaan yang ada di Nusantara ini. Hal itu juga menjadi modal kita dalam merawat kebhinekaan yang ada di bumi Indonesia, sebagaimana pesan beliau kepada para audiens tentang arti penting puasa di bulan Ramadan ini. Menurut Ibu Sinta, selain menahan lapar dan dahaga, kita juga harus menahan nafsu kekuasaan maupun kesewenang-wenangan dalam menjalankan amanah rakyat.
Kenapa hal itu penting? Karena dari puasa pula kita diajarkan pentingnya kejujuran, budi pekerti mulia, serta saling mengasihi antarsesama manusia. Untuk itu kita juga diingatkan oleh Ibu Sinta Nuriyah dengan mengajak audiens menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.
Acara ini juga menjadi gambaran bahwa keberagaman ini mesti kita rawat sepenuh jiwa. Bagaimana tidak, saya melihat para peserta yang hadir sangat beragam, mulai dari muslimat, fatayat, pemuda Buddhayana, mahasiswa Kristen, penghayat kepercayaan, pemuda Muhammadiyah, pemuda Katolik hingga dari berbagai suku, adat, dan pejabat dari tingkat desa sampai provinsi. Semuanya melebur menjadi satu forum yang saling mengerti dan memahami. Bahkan menu yang dihidangkan pun sama, tidak dibeda-bedakan.