JEMBER – Tradisi silaturahmi saat lebaran tak hanya berlangsung pada lima hari pertama Idul Fitri saja, namun juga dilangsungkan masyarakat sepanjang bulan Syawal. Begitupun penggerak Komunitas GUSDURian Jember yang terdiri dari Mahmud Zain, Nur Cholis, dan Zaka Ardiansyah, memulai rangkaian safari pada Kamis, (25/04) dengan bersilaturahmi pada tokoh agama dan tokoh pendidikan.
Mengawali safari silaturahmi lebaran tahap pertama, para penggerak GUSDURian Jember mengunjungi kediaman ketua FKUB, MUI Jember, dan mantan ketua Fatayat yang juga tokoh perempuan di Jember, namun belum berkesempatan berjumpa dengan ketiga tokoh tersebut.
Para peserta safari kemudian berkesempatan bersilaturahmi dengan Profesor Hepni, Rektor UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Dalam silaturahmi yang berlangsung gayeng, para penggerak GUSDURian Jember memaparkan bahwa kampus dapat bekerja sama dengan Yayasan Bani Abdurrahman Wahid (YBAW) untuk mendirikan Gus Dur Corner dan menyelenggarakan Gus Dur Memorial Lecture.
Dalam momen ini para penggerak juga menyampaikan bahwa Gus Dur Corner merupakan pojok literasi karya-karya terkait Gus Dur, sentra diskusi pemikiran Gus Dur, serta pusat penelitian pemikiran Gus Dur yang juga telah berdiri di beberapa perguruan tinggi. Selain itu, para penggerak juga menyampaikan bahwa kampus juga dapat bekerja sama melaksanakan Gus Dur Memorial Lecture yang dapat disampaikan oleh keluarga atau sahabat Gus Dur.
Menanggapinya, Prof. Hepni menyatakan bahwa UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang dipimpinnya terbuka dengan dibentuknya Gus Dur Corner di kampus tersebut. Ia juga menyatakan bahwa lembaga yang dipimpinnya juga terbuka untuk menyelenggarakan Gus Dur Memorial Lecture.
“Nanti lebih pas di perpustakaan. Cek naskah MoU-nya bisa segera didiskusikan dengan pusat kerja sama internasional. Kemudian ditindaklanjuti dengan MoT. Bisa itu dilaksanakan (Gus Dur Memorial Lecture), untuk mengkaji pemikiran Gus Dur dan mendiskusikan pemikiran Gus Dur. Bisa diadakan semacam Muktamar Pemikiran Gus Dur [dengan narasumber, pen.] dari keluarga atau pakar pemikiran Gus Dur,” tuturnya.
Gus Dur Corner diharapkannya dapat menjadi pelaksanaan tindak lanjut atas keikutsertaannya dalam Master of Training Penguatan Moderasi Beragama yang diikutinya pada 4-8 Maret lalu di Bandar Lampung bersama rektor PTKIN lain. Ia berharap, 9 nilai Gus Dur juga dapat diintegrasikan dengan nilai moderasi beragama yang telah diimplementasikan di kampus ini sebelumnya.
Sementara, dalam safari kedua yang terselenggara Senin (28/04), penggerak GUSDURian Jember bersilaturahmi pada Samsul Hadi Saputra, seorang sosok praktisi pendidikan non-formal sekaligus pendamping orang muda di Kecamatan Silo.
Samsul selama ini telah mendampingi pemuda putus sekolah di sekitar Kecamatan Silo belajar dengan prinsip “setara dan memanusiakan”, melalui PKBM Rumah Pintar, sebuah lembaga pendidikan non formal yang kini sedang bersiap mengikuti proses akreditasi lembaga.
Dalam silaturahmi ini, Samsul juga mengungkapkan bahwa pada 2012 dirinya aktif sebagai sekretaris GUSDURian Jember.
“Namun, setelah setahun beraktivitas, kemudian vakum karena koordinator GUSDURian Jember pulang kampung,” tambahnya.
Ia juga bersedia kembali aktif sebagai penggerak GUSDURian Jember dan siap mengawal pelaksanaan isu prioritas GUSDURian Jember, khususnya pendidikan berkualitas dan membebaskan. Ia dan pemuda putus sekolah di lingkungannya merasa bahwa advokasi yang dilakukan Gus Dur pada minoritas memberikan semangat juang pada mereka.
“Saya merasa, manfaatnya Gus Dur besar untuk kaum minoritas seperti kami (pemuda putus sekolah, pen.),” tutupnya.