GRESIK – Komunitas GUSDURian Gresik menghadiri peringatan hari kematian atau haul Kiai Tumenggung (KT) Poesponegoro berlangsung pada Minggu, 4 Agustus 2024 di makam Poesponegoro Gresik. Dalam acara tersebut, Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani, Ketua Yayasan K.T Poesponegoro Imron Ariifin, dan putra mendiang Agus Sunyoto Zulfikar Muhammad Al Ghufron menyampaikan sambutan. Hadir pula keluarga besar Poesponegoro, para santri, dan penggerak GUSDURian Gresik.
Dalam sambutannya, Imron Ariifin menjelaskan tentang nasab atau garis keturunan Poesponegoro dan sejarah kepemimpinan Poesponegoro yang merupakan bupati pertama di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Ia mengatakan bahwa yang dilakukan Poesponegoro saat menjadi Bupati Gresik tidak langsung membangun kabupaten, tapi terlebih dahulu membangun Masjid Jamik Gresik yang merupakan peninggalan Maulana Malik Ibrahim yang pernah hancur rata karena perang. Ia juga menjelaskan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Poesponegoro di Kabupaten Gresik.
“Salah satu kebijakan Poesponegoro adalah setiap desa harus ada masjid, setiap dusun harus ada langgar, ini adalah kebijakan umara (pemimpin) berbau ulama,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan kitab-kitab dan pusaka peninggalan Poesponegoro yang masih tersimpan rapi.
“Saya ini peneliti, perhatian dengan kompleks pusara Kabupaten Gresik. Sepertinya ini adalah kompleks makam bupati satu-satunya di Jawa timur, sehingga ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Kabupaten Gresik karena punya kompleks makam situs sejarah dari Poesponegoro,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan riwayat singkat Poesponegoro oleh Muhammad Zulfikar, putra sulung mendiang sejarawan dan budayawan Agus Sunyoto. Ia mengatakan bahwa Tumenggung Poesponegoro adalah Bupati Gresik pertama yang diangkat pada masa Kerajaan Mataram Islam. Ia juga mengingatkan perkataan ayahnya yang mengutip pesan dari Poesponegoro untuk mengumpulkan tulang-tulang yang tercecer.
“Ojok sampek lali tugase wayah gandeng warga Gresik neglumpukno balung-balung sing kececer. Nopo niku? Supados ngeraket maleh seduluran, ” ungkapnya.
Ia mengatakan kebijakan Poesponegoro saat itu adalah memerintah Kiai Qomarudin untuk membangun pesantren pertama di Gresik.
“Maka sampai saat ini kami bersyukur bisa kembali tulang-tulang yang tercecer ini dengan keluarga besar Pondok Pesantren Bungah. Tidak menutup kemungkinan dengan pondok-pondok pesantren lainnya seperti Pondok Pesantren Al-illiyin maupun yang lain,” jelasnya.
Sambutan selanjutnya disampaikan Bupati Gresik, Fandi Ahmad Yani mengatakan bahwa haul orang saleh atau pendahulu adalah bentuk rasa syukur kepada Allah. Fandi juga mengatakan bahwa ratusan tahun yang lalu Poesponegoro sudah memikirkan tata kelola kota dan pemerintahan.
Fandi menambahkan bahwa dirinya baru meresmikan Museum Kanjeng Sepuh Sidayu yang tujuannya untuk mengingat, mengenal, meneladani Kanjeng Sepuh Sidayu. Ia mengingatkan untuk terus mengingat dan mendoakan para pendahulu.
“Semoga masyarakat Gresik terus istiqomah dalam mendoakan orang tua kita, pemimpin-pemimpin terdahulu kita, dan mudah-mudahan mengharap ridho Allah, kita yang hadir semuanya mendapat barokah,” ungkapnya menutup sambutannya.
Usai acara, para penggerak GUSDURian Gresik berziarah dan napak tilas ke makam Poesponegoro.