KAIRO – Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menghadiri Konferensi Internasional ke-35 bertajuk “Peran Perempuan dalam Membangun Kesadaran” di Kairo, Mesir, Minggu (25/8/2024). Ia hadir sebagai tamu kehormatan.
Nyai Sinta dalam pidatonya mengatakan tema peran perempuan menarik untuk dibicarakan sebab perempuan memiliki peran sentral dalam kehidupan umat manusia.
Ia menyoroti perjuangan perempuan ketika mengandung, melahirkan, merawat, dan mengajarkan anak hingga dewasa.
“Perempuan atau ibu pulalah yang mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang. Namun, mengapa sosok yang penuh kelembutan ini masih harus mengalami ketertindasan?” katanya.
Perempuan, kata Nyai Sinta, tidak dilahirkan sebagai bayang-bayang lelaki melainkan memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
“Atas dasar inilah saya akan berbagi pengalaman dalam menegakkan keadilan bagi mereka yang selama ini dicap sebagai kaum yang lemah,” tuturnya.
Pendirian Puan Amal Hayati
Pada kesempatan yang sama, Nyai Sinta bercerita pendirian Puan Amal Hayati bersama sejumlah akademisi sebagai wadah gerakannya dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan.
Nama Amal Hayati diambil dari lagu favorit suaminya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari Ummi Kultsum, ketika menempuh pendidikan di Al Azhar Kairo Mesir.
Menteri Agama Baru Mesir, Syekh Usamah Sayyid Al-Azhari mengatakan kehadiran Nyai Sinta sebagai upaya penyegaran hubungan yang dulunya terjalin melalui KH Abdurrahman Wahid, ulama dan Presiden Republik Indonesia yang pernah belajar di Al-Azhar.
“Kehadiran Ibu Sinta Nuriyah Wahid sebagai representasi perempuan yang kita banggakan di hadapan dunia,” katanya dalam sambutan.
Selama kunjungannya, Nyai Sinta juga bertemu dengan Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad al-Thayyeb, yang menyatakan kunjungan tersebut sebagai momen bersejarah.
Syekh al-Thayyeb memuji hubungan antara Al-Azhar dan Indonesia, serta kehangatan sambutan yang diterimanya selama kunjungannya ke Indonesia.
“Perempuan adalah salah satu pilar peradaban Muslim,” tegas Syekh Al-Thayyeb.