PASURUAN – Komunitas Gitu Saja Kok Repot (KGSKR) atau GUSDURian Pasuruan mengadakan Kajian Gus Dur (KGD) dengan mendiskusikan tulisan Gus Dur berjudul “Demokrasi dalam Pengertian Kita”, pada Jumat (6/9/24) melalui kanal siaran langsung di Instagram.
Kajian ini merupakan agenda rutin bulanan komunitas. Kali ini KGSKR mengundang dua pemantik, yakni Imam Maliki selaku koordinator wilayah Jawa Timur dan Nur Rizky Amania selaku penggerak Komunitas GUSDURian Pasuruan.
Diskusi gagasan demokrasi Gus Dur ini dipilih sebagai tema KGD karena dilatarbelakangi oleh situasi politik menjelang pilkada serentak dan terbitnya buku kumpulan pemikiran Gus Dur tentang demokrasi berjudul Demokrasi Seolah-Olah. Selain itu sejak bulan Agustus hingga September Jaringan GUSDURian juga sedang memperingati Hari Lahir (Harlah) Gus Dur.
“Kami ingin mendiskusikan ulang kondisi demokrasi di negara kita hari ini melalui tulisan Gus Dur dalam buku Demokrasi Seolah-Olah. Pertanyaannya, apakah demokrasi kita hari ini sudah berjalan dalam relnya atau hanya seolah-olah saja sesuai dengan buku tersebut,” ungkap Nisa, penggerak komunitas selaku moderator.
Menurut Imam Maliki, dalam tulisan “Demokrasi dalam Pengertian Kita”, Gus Dur ingin menyampaikan pengertian demokrasi di berbagai negara. Tentu maknanya berbeda-beda. Imam menjelaskan, salah satu indikatornya adalah adanya kemerdekaan pers. Sayangnya, kondisi hari ini di Indonesia kemerdekaan pers tidak sepenuhnya terwujud karena mengikuti kondisi politik yang sedang berlangsung.
Cak Imam, sapaan akrabnya, juga menjelaskan bahwa demokrasi memiliki tradisi yang mengutamakan kebenaran dan kepentingan publik, tapi sekarang hal ini sudah mulai dilupakan. Kekuatan demokrasi hari ini hanya dilihat sekedar adagium “yang banyak adalah yang menang”.
“Demokrasi yang hari ini digunakan adalah demokrasi kelembagaan dan sama sekali tidak menjalankan tradisi demokrasi yang sesungguhnya,” terang senior GUSDURian Mojokerto tersebut.
Berefleksi dari tulisan Gus Dur tersebut, Nur Rizky Amania menambahkan bahwa untuk mengukur apakah demokrasi berjalan seperti semestinya atau berjalan seolah-olah demokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek. Di antaranya adalah: Pertama, kedaulatan hukum yang kuat, di mana pemerintah mampu menyelesaikan masalah hukum sesuai prosedur yang ada. Kedua, penegakan hak asasi manusia (HAM). Bagi Gus Dur komitmen untuk menegakkan HAM merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Pemenuhan hak bagi setiap orang merupakan bentuk dari memenuhi nilai kemanusiaan. Ketiga, penghargaan atas pluralitas. Keempat, peningkatan kesejahteraan rakyat.
“Dari empat parameter demokrasi menurut Gus Dur bisa dilihat apakah negeri ini menjalankan demokrasi sesuai dengan substansinya atau tidak. Kita tahu akhir-akhir ini gerakan penyelamatan demokrasi dilatarbelakangi adanya penjegalan konstitusi, banyak sekali kebijakan yang muncul atas kepentingan penguasa tidak atas kepentingan rakyat biasa. Dilihat dari itu saja demokrasi di negeri ini ada namun berjalan seolah-olah saja,” ungkapnya.
Terakhir, Imam Maliki memberikan pesan kepada penggerak komunitas untuk terus rutin mendiskusikan tulisan Gus Dur terutama gagasan terkait demokrasi. Hal tersebut yang terus mengasah analisis serta kepekaan kita terhadap situasi dan kondisi negara. Diskusi diakhiri dengan mengutip kalimat dari Alissa Wahid, “Gus Dur sudah meneladankan saatnya kita melanjutkan.”