PASURUAN – Jaringan GUSDURian bersama Universitas Yudharta Pasuruan menggelar Gus Dur Memorial Lecture dengan tema “Gus Dur dan Gerakan Kebudayaan” di Gedung Aula Pancasila Universitas Yudharta Pasuruan pada Selasa, 1 Oktober 2024.
Acara tersebut menghadirkan Inaya Wahid, senior advisor Jaringan GUSDURian sebagai pemberi kuliah (lecturer). Di samping itu, acara juga diisi oleh pidato utama (keynote speech) dari Rektor Universitas Yudharta Kholid Murtadlo, pidato pembuka (keynote speech) oleh Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Jay Akhmad, dan dipandu oleh Dosen Universitas Yudharta Pasuruan Ahmad Marzuki sebagai host.
Sebelum sesi perkuliahan dimulai, Jay Akhmad mewakili Seknas Jaringan GUSDURian dan Kholid Murtadlo mewakili Universitas Yudharta Pasuruan meresmikan Pojok Gus Dur (Gus Dur Corner) yang bertempat di Gedung Perpustakaan Universitas Yudharta Pasuruan. Peresmian ini juga ditandai dengan sesi pemotongan pita dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak.
Dalam sambutannya, Jay Akhmad menyampaikan bahwa acara-acara yang terkait dengan Gus Dur tidak untuk membesarkan Gus Dur, tetapi untuk menggali nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur.
“Terlebih dalam ruang gerakan intelektual seperti ini, bisa menjadi ruang gagasan Gus Dur bertemu dengan gagasan yang lain,” ujar Jay Akhmad.
Pria yang biasa disapa Jay tersebut menambahkan bahwa Universitas Yudharta Pasuruan sebagai kampus multikultural adalah pilihan yang tepat untuk membicarakan Gus Dur dan kebudayaan. Dirinya mengakhiri welcoming speech dengan pesan yang biasa disampaikan Alissa Wahid, Direktur Jaringan GUSDURian.
“Gus Dur sudah meneladankan, saatnya kita melanjutkan,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam pidatonya Kholid Murtadlo menyebut, Gus Dur Memorial Lecture yang terselenggara di Universitas Yudharta bukan hanya sekedar acara biasa, tetapi juga untuk meresmikan Gus Dur Corner. Dirinya juga menyebut sosok Gus Dur telah mewarisi nilai dan pemikiran universal yang bisa dijadikan teladan bersama.
“Gus Dur ini pemikirannya universal, luas, gak cupet. Walaupun disajikan dalam bentuk humor dan sederhana tapi memiliki makna yang luas,” pungkas Kholid.
Dalam penyampaian kuliah umumnya, Inaya Wahid mengatakan bahwa sebenarnya dalam sejarah demokrasi, yang memegang kedaulatan adalah rakyat, bukan orang-orang yang ada di gedung-gedung mewah, di senayan, atau Istana Negara.
“Jadi poin yang harus kita lakukan adalah kita mesti mantab untuk menindak dan melibatkan diri dalam setiap perbuatan yang membunuh dan menghambat pertumbuhan demokrasi,” jelasnya.
Mbak Nay, sapaan akrabnya, juga berpendapat bahwa penting bagi rakyat untuk kritis, untuk membaca demokrasi yang sesungguhnya, sehingga rakyat memahami mana demokrasi yang asli dan mana yang seolah-olah.
“Kita layak mendapatkan hubungan masyarakat dengan negara yang lebih baik dan kita sangat bisa, tapi memang perlu usaha,” ujar putri bungsu Gus Dur tersebut.
Acara ini dihadiri sebanyak lebih dari 500 peserta dari elemen mahasiswa dan jejaring lintas iman yang ada di Kota Pasuruan dan sekitarnya. Selain Pasuruan, Gus Dur Memorial Lecture telah terselenggara di beberapa kota lain seperti Pekalongan, Manado, Kediri, Ponorogo, Pontianak, Jember dan rencananya akan dilanjutkan penyelenggaraannya di Bandung.