Bincang Buku ‘Gus Dur di Mata Perempuan’, Kupas Praktik Kesetaraan Gus Dur sebagai Ayah dan Suami

KABUPATEN GORONTALO – Buku Gus Dur di Mata Perempuan jadi topik pembahasan pada kegiatan diskusi rutinan Komunitas GUSDURian Kabupaten Gorontalo, yakni Majelis Taklim yang dilaksanakan pada Minggu, 27 Oktober 2024.

Majelis Taklim seri keempat ini difasilitasi oleh Audy Anastasya, Penggerak GUSDURian Kabupaten Gorontalo sebagai pemantik.

Pada diskusi ini pemantik membahas sebagian bagian pertama pada buku tersebut dengan menjelaskan lima poin, yakni Gus Dur di mata keluarga inti: hak-hak produksi, Gus Dur istri hamil dan pengasuhan, bibit unggul dan anak perempuan, kehangatan Gus Dur dalam keluarga, dan cara perempuan berpakaian.

Dari penjelasan pemantik, sosok Gus Dur merupakan idola dan role model bagi anak-anaknya dalam pengasuhan anak. Gus Dur selalu menjadikan istrinya, Sinta Nuriyah sebagai mitranya dalam mengurus rumah tangga.

Dalam praktik kesetaraan, Gus Dur selalu menerapkan itu dalam kehidupannya sebagai seorang suami dan ayah bagi anak-anaknya. 

Dalam buku itu dijelaskan oleh pemantik, Gus Dur sebagai sosok pembela yang lemah, ia juga ikut dalam mengasuh anak-anaknya, menggantikan popok, mencuci pakaian anak-anaknya, hingga memakaikan istrinya kain bengkung pasca-melahirkan. 

“Gus Dur adalah sosok yang selalu mempraktikkan kesetaraan. Gus Dur selalu bekerja sama bersama istrinya dalam mengurus hal domestik,” tutur Audy.

Perihal mengurus anak, Gus Dur merupakan sosok ayah yang selalu mengayomi, ia bukan sosok yang sering mendoktrin anak-anaknya.

“Dalam mengasuh anak, setiap pilihan hidup anak-anaknya, Gus Dur menjadi ayah yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya dalam mengambil keputusan. Seperti menggunakan hijab, Gus Dur tidak pernah memaksa, namun dengan kebijaksanaannya, Gus Dur hanya memberitahu bagaimana risiko jika anak-anaknya mengambil suatu keputusan,” jelas Audy.

Gus Dur, sejatinya adalah orang yang menerapkan kesetaraan dalam kehidupannya. Gus Dur tidak pernah membebankan pekerjaan domestik kepada istri dan anak-anaknya. Melalui Majelis Taklim, pembahasan buku ini akan terus berlanjut hingga selesai. Praktik-praktik kesetaraan Gus Dur menjadi refleksi bersama.

Diskusi ini diikuti oleh para penggerak dan jejaring GUSDURian Kabupaten Gorontalo. Diskusi yang rutin tiap Minggu ini membahas berbagai isu dan menjadi ruang diskusi bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *