Alissa Wahid: Pembangunan Harus Memperhatikan Lingkungan

SURABAYA – Pada 9 Desember 2024, bertempat di Gedung KH. Saifuddin Zuhri, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) telah mengadakan seminar yang merupakan rangkaian acara Pre-event Bali Interfaith Movement. Salah satu narasumber dalam seminar ini adalah Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid yang merupakan Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian.

Pada seminar kali ini perempuan yang akrab disapa Alissa ini menyampaikan tentang pentingnya peran agama dalam membangun lingkungan sosial yang lebih humanis. mengutip pendapat Gus Dur yang ditampilkan dalam layar presentasi.

“Sebuah masyarakat tanpa spiritualitas hanyalah akan berujung pada penindasan, ketidakadilan, pemerasan, dan pemerkosaan atas hak-hak asasi warganya,” papar putri sulung Gus Dur tersebut.

Melihat kejadian yang terjadi beberapa dekade terakhir, dunia sedang menghadapi dua isu berat terkait dehumanisasi dan krisis iklim. Dalam seminar yang dihadiri para tokoh dari beragam agama ini, Alissa menekankan terkait pentingnya organisasi masyarakat keagamaan karena mempunyai daya jangkau dari tingkat masyarakat paling bawah.

Selain itu, menurutnya, pemuka agama mempunyai kekuatan besar membentuk umatnya untuk berperan menjaga lingkungan dan hubungan sosial. Agama mempunyai nilai-nilai keadilan terhadap seluruh makhluk.

Dalam seminar ini juga dipaparkan terkait Deklarasi Istiqlal yang telah disepakati oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal. Deklarasi Istiqlal bertujuan meneguhkan kerukunan umat beragama untuk kemanusiaan. Adanya Deklarasi Istiqlal juga berangkat dari krisis dehumanisasi dan krisis iklim. Dehumanisasi yang ditandai dengan semakin meluasnya kekerasan dan konflik atas nama agama, dalam hal ini agama sering kali dijadikan sebagai alat pemecah belah.

Krisis iklim berangkat dari hal-hal kecil yang sering kali kita semua remehkan. Seperti penggunaan listrik yang berlebihan, menyisakan sampah sisa makanan, hal-hal demikian bisa berdampak besar bagi krisis iklim dan merupakan sebuah sikap yang egois terhadap sesama. Di Indonesia sendiri terdapat 10 besar masalah lingkungan, mulai dari sampah, banjir, sungai tercemar, pemanasan global, pencemaran udara, sulitnya air bersih, rusaknya ekosistem laut, abrasi, kerusakan hutan, dan pencemaran tanah.

Terakhir sebagai penutup, Alissa menegaskan sekali lagi terkait pentingnya peran agama dalam menjaga keberlangsungan kehidupan. “Semua kepentingan pembangunan harus memperhatikan keberlangsungan ibu bumi. Menggunakan nilai spiritualitas agama bisa mendorong untuk kehidupan yang lebih baik, untuk menata peradaban dunia ke depan,” pungkasnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Surabaya, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *