Pertumbuhan ekonomi yang dewasa ini dimotori oleh industri manufaktur, melahirkan hal-hal yang dilematis. Pasalnya, dengan hadirnya industri manufaktur, pada satu sisi membuka banyak lapangan pekerjaan sehingga ekonomi masyarakat semakin bertumbuh. Pada sisi lain, pembangunan industri manufaktur, disadari atau tidak, menimbulkan persoalan lingkungan yang semakin kompleks.
Kesadaran akan pentingnya hidup selaras dengan lingkungan, kini semakin mendapat perhatian. Berbagai masalah ekologis, baik lokal maupun global, kian mengkhawatirkan. Perubahan iklim akibat pemanasan global telah mengganggu keseimbangan bumi. Musim tak lagi bisa diprediksi dengan pasti. Saat satu wilayah dilanda hujan deras hingga menyebabkan banjir dan erosi, wilayah lain justru mengalami kekeringan berkepanjangan. Alam seakan memberi isyarat bahwa keseimbangannya mulai terganggu, dan manusia harus segera bertindak sebelum terlambat.
Jika bercermin pada Al-Quran surat ar-Rum ayat 41, maka ditemukan sebuah kesimpulan bahwa persoalan lingkungan berasal dari ulah manusia. Sikap eksploitatif dan konsumtif, misalnya, membuat manusia semakin terobsesi untuk mengejar kepuasaan material. Sehingga, lahir sebuah paradigma antroposentris, yang menempatkan manusia pada posisi sentral di alam semesta. Sikap dan paradigma tersebut, akhirnya menghilangkan beban moral seseorang ketika mengangkangi etika lingkungan. Potret demikian menunjukan bahwa taubat ekologis menjadi sangat penting.
Gus Dur, sosok yang dikenal multidimensi, selalu mengutamakan prinsip kemanusiaan yang utuh dalam setiap perjuangannya. Namun, banyak yang belum mengetahui bahwa ia juga peduli terhadap lingkungan. Gus Dur memahami bahwa manusia tidak hidup sendiri di bumi. Ada makhluk lain yang harus dihormati dan dilindungi. Ia melihat ekologi sebagai bagian dari amanah sosial yang harus dijaga bersama.
Sebagai GUSDURian, saya bangga mengetahui bahwa Gus Dur memberikan perhatian pada isu lingkungan. Ini membuktikan bahwa pemikirannya luas dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Ia tidak hanya berbicara soal hak asasi manusia atau demokrasi, tetapi juga ekologi. Sikap ini menunjukkan bahwa baginya, kehidupan harus dipandang secara menyeluruh. Manusia tidak bisa lepas dari alam, sehingga menjaga lingkungan adalah bagian dari menjaga kemanusiaan itu sendiri.
Salah satu cara Gus Dur menunjukkan kepeduliannya adalah melalui pendekatan spiritualitas. Baginya, agama memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian alam sehingga ia menghubungkan kesadaran ekologi dengan ajaran agama. Menurutnya, merusak alam sama saja dengan merusak ciptaan Tuhan. Karena perilaku tersebut bertentangan dengan ajaran agama, termasuk ajaran agama Islam. Gus Dur selalu mengajak umat Islam untuk menjaga alam sebagai amanah Tuhan. Menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban sosial, tetapi juga tanggung jawab spiritual.
Gus Dur juga memberi contoh dalam kehidupan sehari-harinya. Ia menampilkan sikap sabar, tidak serakah, dan selalu berbagi dengan makhluk lain. Sikap ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Ia menunjukkan bahwa menjaga alam tidak harus dengan tindakan besar, tetapi bisa dimulai dari kebiasaan kecil. Contoh-contoh seperti ini mengajarkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalah bagian dari akhlak yang baik.
Selain itu, Gus Dur juga memperhatikan masalah deforestasi dan kehutanan. Ia sadar bahwa hutan memiliki peran penting dalam ekosistem. Selama masa pemerintahannya, ia berusaha mengurangi konversi hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan secara berlebihan. Ia memahami bahwa kerusakan hutan berdampak besar terhadap kehidupan manusia. Salah satu langkah yang ia tempuh adalah mendesentralisasi pengelolaan sumber daya alam. Dengan kebijakan ini, masyarakat lokal memiliki peran lebih besar dalam menjaga kelestarian hutan.
Langkah penting lain yang dilakukan Gus Dur adalah kebijakannya terkait tambang. Menurut laporan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Auriga Nusantara yang berjudul ‘Kuasa Korporasi di Bumi Pertiwi’ (2022), Gus Dur adalah satu-satunya presiden yang tidak memberikan konsesi tambang selama menjabat. Hal ini merupakan kebijakan yang unik. Keputusan ini menunjukkan bahwa Gus Dur memiliki kepedulian besar terhadap keadilan ekologis. Ia tidak ingin sumber daya alam hanya dimanfaatkan oleh segelintir pihak. Baginya, alam harus dikelola dengan adil dan bijaksana demi kebaikan bersama.
Pandangan Gus Dur tentang lingkungan juga didasarkan pada keadilan sosial. Ia memahami bahwa kerusakan alam sering kali merugikan masyarakat kecil. Mereka kehilangan sumber penghidupan akibat eksploitasi sumber daya yang tidak terkendali. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Ia ingin memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati manfaat alam tanpa merusaknya.
Selain pendekatan spiritual dan sosial, Gus Dur juga melihat ekologi sebagai masalah moral. Ia percaya bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam. Gus Dur sering mengingatkan bahwa bumi bukan hanya milik generasi sekarang. Generasi mendatang juga berhak menikmati lingkungan yang sehat dan lestari. Oleh karena itu, setiap tindakan yang merusak alam adalah bentuk ketidakadilan antargenerasi.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Dur menekankan bahwa lingkungan bukan sekadar isu teknis. Masalah ekologi tidak bisa diselesaikan hanya dengan teknologi atau kebijakan pemerintah. Dibutuhkan kesadaran bersama untuk menjaga alam. Kesadaran ini harus didasarkan pada nilai-nilai spiritual, sosial, dan moral. Tanpa kesadaran tersebut, segala upaya pelestarian alam hanya akan menjadi wacana tanpa tindakan nyata.
Sikap Gus Dur terhadap lingkungan menunjukkan bahwa ekologi adalah bagian dari kehidupan manusia. Ia tidak hanya berbicara tentang pentingnya menjaga alam, tetapi juga menunjukkan tindakan nyata. Gus Dur mengajarkan bahwa mencintai lingkungan adalah bagian dari mencintai kemanusiaan. Pemikirannya relevan hingga saat ini, terutama ketika kita menghadapi berbagai krisis lingkungan.
Sebagai generasi penerus, kita perlu meneladani pemikiran dan tindakan Gus Dur. Kita harus menyadari bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Bumi ini adalah amanah yang harus dijaga demi keberlangsungan hidup semua makhluk. Jika kita ingin meneruskan perjuangan Gus Dur, kita harus mulai dari diri sendiri. Karena langkah kecil yang kita lakukan hari ini bisa berdampak besar di masa depan.
Kesadaran ekologis bukan hanya tugas aktivis atau ilmuwan. Setiap individu memiliki peran dalam menjaga lingkungan. Kita bisa memulainya dengan mengurangi sampah, menanam pohon, atau menggunakan energi secara bijak. Jika semua orang memiliki kesadaran yang sama, lingkungan yang sehat bukan sekadar impian. Seperti yang diajarkan Gus Dur, menjaga alam adalah bagian dari menjaga martabat kemanusiaan.