SURABAYA – Dalam rangkaian peringatan haul Gus Dur yang ke-15, Komunitas GUSDURian Surabaya berkolaborasi dengan IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) Surabaya mengadakan talkshow tentang perempuan yang bertajuk “Perempuan dalam Bingkai Media”.
Acara kali ini mengundang Kalis Mardiasih, aktivis-feminis yang juga seorang penulis perempuan bersama narasumber lain yang berkecimpung dalam dunia jurnalisme yakni Andre Yuris dari AJI Surabaya (Aliansi Jurnalis Indonesia). Dalam kesempatan ini kedua narasumber tersebut menyampaikan topik tentang bagaimana perempuan digambarkan dalam dunia media.
Kalis Mardiasih atau yang akrab disapa Kalis menyampaikan tentang pergeseran penggambaran perempuan melalui media film, perspektif tentang perempuan berhijab yang dahulu digambarkan sebagai perempuan yang saleha kini bergeser menjadi stigma buruk yang digambarkan sebagai pelakor seperti yang ada pada film Ipar Adalah Maut. Selain itu masih banyak film-film dengan nuansa religi, seperti penggambaran laki-laki yang diidolakan lebih dari satu perempuan dengan kesempurnaan dan kesalehannya.
Di samping itu, menurut Kalis, dalam film-film tersebut tokoh perempuan hadir hanya untuk menangis galau dan hanya sebagai bumbu dalam sebuah media film/sinetron. Padahal lebih dari itu, seharusnya peran perempuan juga ditampilkan secara utuh.
“Pada film-film tersebut perempuan dianggap tidak ada urgensi di kehidupan. Padahal perempuan sibuk sekali melakukan banyak hal, mulai dari berperan melalui pendidikan, politik, ekonomi, maupun sosial,” ungkap Kalis.
Narasumber selanjutnya yakni Andre Yuris atau yang akrab disapa Andre menyampaikan bahwa media kerap kali menganggap perempuan sebagai objek. Padahal sebenarnya media memiliki peran besar dalam merepresentasikan identitas perempuan.
“Seperti penggunaan kata ‘cantik’ dalam headline sebuah berita supaya mudah ditemukan dalam pencarian Google. Hal ini merupakan pesan yang dapat membentuk persepsi penonton terhadap identitas ‘ideal’ perempuan dan seharusnya ia bersikap,” paparnya.
Menurutnya, media arus utama kini juga telah melakukan bias gender terhadap perempuan. Andre mendorong kita semua agar berperan dalam membangun budaya ramah gender dan kesadaran sosial-inklusi di ruang redaksi media.
Acara ini berlangsung dengan lancar pada 22 Desember 2024 yang bertempat di gedung Universitas Muhammadiyah Surabaya.