Mewarnai Kemerdekaan Sosok Guru Bangsa di HUT RI ke-80

Ada banyak cara yang dilakukan untuk mengaburkan pengetahuan generasi emas bangsa Indonesia sehingga mereka tidak bisa mengetahui sejarah bangsanya sendiri, tokoh nasional, hingga para guru bangsa yang telah membangun negeri ini dengan keringat perjuangan dan pengorbanan. Kolonialisme terhadap sejarah akan menjadi ancaman yang nyata jika generasi muda tidak bisa mengetahui sejarah bangsa dan tokohnya, apalagi mengenalkan sosok tokoh bangsa kepada anak-anak yang semakin sulit di era teknologi yang semakin canggih. 

Di era digital yang semakin maju, tantangan dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan seperti toleransi, keberagaman, persatuan kepada anak-anak menjadi semakin besar. Salah satu upaya yang bisa dilakukan sejak dini adalah mengenalkan mereka pada sosok guru bangsa—tokoh-tokoh nasional yang berjasa besar dalam membentuk arah perjuangan dan pendidikan bangsa Indonesia. Misalnya, melalui lomba mewarnai sketsa sang guru bangsa, seperti tokoh dan perintis Nahdlatul Ulama, tokoh nasional, dan para pahlawan bangsa Indonesia. Melalui lomba mewarnai maka nilai-nilai luhur bisa ditanamkan dengan cara yang lebih efektif dan menyenangkan.

Lomba mewarnai merupakan aktivitas yang digemari anak-anak karena memungkinkan mereka mengekspresikan kreativitas sambil bermain. Namun di balik kesederhanaannya, kegiatan ini bisa menjadi sarana edukatif yang kuat. Dengan menjadikan sosok guru bangsa seperti KH Hasyim Asya’ari, Kiai Wahab Hasbullah, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ki Hadjar Dewantara, Bung Karno, atau R.A. Kartini sebagai objek gambar. Maka secara otomatis anak-anak secara tidak langsung mulai mengenal wajah dan peran tokoh tersebut dalam sejarah bangsa.

Melalui lomba mewarnai, guru atau orang tua juga memiliki ruang untuk menyampaikan kisah singkat dan inspiratif tentang tokoh yang diwarnai. Misalnya, saat anak mewarnai gambar Gus Dur, pendamping dapat menjelaskan bahwa beliau adalah tokoh pesantren yang menjadi Presiden RI ke-4 di Indonesia, pejuang demokrasi, penulis, pemikir, intelektual, aktivis, penyelamat lingkungan dan lain sebagainya. Dengan cara ini, anak tidak hanya belajar mewarnai dengan indah, tetapi juga mulai menyerap nilai-nilai kepemimpinan, keteladanan, dan semangat inspiratif dari kisah para tokoh bangsa.

Lomba mewarnai dengan tema tokoh bangsa juga membantu membentuk identitas dan rasa cinta tanah air pada diri anak. Mereka mulai mengenal bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan tokoh-tokoh besar yang patut dihormati. Hal ini penting untuk menanamkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia sejak usia dini. Lomba mewarnai akan menjadi sarana mempererat hubungan antara orang tua, guru, dan anak.

Dalam proses mendampingi anak mewarnai dan mengenal sosok guru bangsa, terbangun interaksi yang positif dan bermakna. Edukasi pun tidak terasa seperti beban, melainkan menjadi momen kebersamaan yang menyenangkan. Singkatnya, lomba mewarnai bertema sosok guru bangsa adalah contoh sederhana namun bermakna dari pendidikan karakter dan kebangsaan yang menyatu dalam aktivitas kreatif anak-anak. Dengan langkah kecil ini, kita telah menanam benih cinta tanah air dan penghargaan terhadap para pendidik serta pejuang bangsa, yang kelak akan tumbuh menjadi kesadaran dan kebanggaan yang kuat di masa depan.

Komunitas yang rutin menggelar lomba mewarnai sketsa guru bangsa bangsa seperti Gus Dur adalah para penggerak Komunitas GUSDURian Sumenep, Madura. Kegiatan ini rutin diselenggarakan bekerja sama dengan berbagai elemen mulai dari organisasi pemuda desa yang tergabung dalam Karang Taruna, event organizer, sekolah atau madrasah dan pemerintah. Penggerak Komunitas GUSDURian Sumenep memperkenalkan sosok Gus Dur sebelum kegiatan lomba mewarnai dimulai. Mereka memberikan pengenalan kepada anak-anak desa tentang sosok Gus Dur.

Kegiatan mewarnai sketsa guru bangsa seperti Gus Dur ini diapresiasi oleh Ketua PCNU Sumenep. Menurutnya, memperkenalkan tokoh bangsa melalui lomba mewarnai adalah sesuatu yang sangat efektif dan inovatif. Sebab, ketika lomba mewarnai itulah para penggerak bisa menghimpun anak-anak dan ini luar biasa karena kegiatannya tak lazim tapi sangat menarik.

Menurut Ketua PCNU Sumenep, sosok guru bangsa seperti Gus Dur yang harus diperkenalkan adalah bagaimana Gus Dur itu sosok yang memiliki akhlak yang sangat tinggi atau akhlaqul karimah sebagaimana bahasa orang-orang pesantren. Bahkan, bagi kalangan masyarakat Madura, Gus Dur adalah sosok yang dianggap sebagai Wali Kesepuluh setelah wali songo di tanah Jawa. Sehingga, mengenalkan sosok Gus Dur kepada anak-anak sejak dini merupakan satu hal yang sangat penting dan substansi.

Penggerak Komunitas GUSDURian Sumenep, Madura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *