Gus Dur, Bhante Pannyavaro, dan Djohan Effendi

Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sudah berpulang sebelas tahun lalu. Meski begitu, sosoknya tak pernah hilang dari ingatan publik. Pemikiran, humor, perjuangan dan cerita-ceritanya terus abadi. Selalu asyik untuk diperbincangkan hingga kini.

Gus Dur adalah sosok negarawan yang dirindukan semua golongan masyarakat, termasuk umat Buddha. Ada kisah menarik antara Gus Dur dengan salah satu tokoh agama Buddha, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera. Perjumpaan Bhante Pannyavaro dengan Gus Dur terjadi dalam dialog-dialog lintas agama.

Melalui ruang-ruang perjumpaan itu, tumbuh persahabatan yang otentik antara Bhante Pannyavaro dengan Gus Dur, juga tokoh-tokoh lintas agama lainnya.

“Saya merasa bahwa persahabatan pribadi saya, kami dengan tokoh-tokoh agama dengan umat beragama tanpa kepentingan yang lain memberikan suasana yang otentik, ketulusan yang luar biasa. Karena bagaimanapun, juga apa pun agama yang dia anut, apa pun golongan yang dia bela, sebagai sesama manusia mempunyai keinginan yang sama, yaitu emoh menderita,” kata Bhante Pannyavaro kepada BuddhaZine dalam sebuah kesempatan.

Sosok yang dirindukan

Begitu juga gambaran persahabatan Bhante Pannyavaro dengan Gus Dur. Perhatian Gus Dur kepada Bhante Pannyavaro saat Gus Dur menjadi presiden, atau setelah beliau tidak menjadi presiden membuat Bhante Pannyavaro terkesan.

“Di satu pertemuan pada waktu memasuki ruangan, Gus Dur bertanya, ‘Bhante Pannya sudah rawuh?’ Hanya satu kalimat itu saja, tapi satu kalimat itu mempunyai makna yang berarti bagi umat Buddha yang sangat sedikit ini.

“Meskipun hanya menyebutkan nama saya, tetapi itu bentuk perhatian beliau sebagai presiden, perhatian beliau sebagai pemimpin umat Islam terbesar terhadap saudara-saudara beliau umat Buddha,” tegas Bhante Pannya.

Saat itu yang mendampingi Gus Dur adalah Pak Djohan Effendi, Pendiri Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP). Djohan Efendi juga sahabat baik Bhante Pannya yang pernah menjabat sebagai Mensesneg Gus Dur. Djohan Meninggal dunia 17 November 2017 lalu di Geelong, Australia.

“Saya membayangkan, saat ini Gus Dur di surga bersama Pak Djohan Effendi. Ketika bertemu dengan malaikat juga akan bertanya hal yang sama, ‘Bhante Pannya sudah rawuh?’ dan saya yakin malaikat akan menjawab, ‘Belum Gus, Bhante Pannya masih betah di bumi,” ucap Bhante Pannyavaro sambil tertawa.

Persahabatan Gus Dur, Djohan Efendi dan Bhante Pannya tidak hanya menunjukkan keakraban, kehangatan, dan persaudaraan yang tulus. Meskipun ketiganya adalah tokoh besar namun, mereka mengajarkan menjadi manusia yang otentik, apa adanya, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Sumber: buddazine.com

Penulis dan kontributor BuddhaZine.