Perkuat Toleransi di Wilayah Indonesia Timur, Jaringan GUSDURian Adakan Peningkatan Kapasitas Para Pemimpin Sosial dan Agama

Jaringan GUSDURian menggelar Workshop Penguatan Jejaring dan Advokasi Keberagaman di BP Paud Dikmas Sulawesi Selatan, Makassar pada 6-9 Juli 2023. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat toleransi di Indonesia Timur, khususnya wilayah Sulampapua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) melalui peningkatan kapasitas para pemimpin sosial dan agama, serta aktivis muda keberagaman yang dilibatkan.

Dalam pelaksanaannya, acara dibagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas Religious Leader yang diikuti oleh 37 peserta dan Kelas Youth Leader yang diikuti oleh 32 peserta. Selama acara, masing-masing kelas dipandu oleh tiga fasilitator dari Tim Fasilitator Nasional Jaringan GUSDURian.

Di samping itu, workshop ini juga menghadirkan tiga narasumber yang membawakan materi-materi tentang penguatan jejaring dan advokasi keberagaman. Ketiga narasumber tersebut adalah Syamsurijal Adhan (Peneliti BRIN & Dewan Pembina GUSDURian Sulampapua), Mayadina Rohmi Musfiroh (Aktivis Sosial & Senior Advisor Jaringan GUSDURian), dan Jay Akhmad (Koordinator SekNas Jaringan GUSDURian) yang sekaligus memberikan opening speech di pertemuan ini.

Dalam sambutannya, Jay Akhmad mengungkapkan bahwa workshop ini dimaksudkan untuk mempertemukan para GUSDURian di wilayah Indonesia Timur untuk menjaga Indonesia dari ketidakadilan dan potensi perpecahan dengan meneladani sosok Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid.

“Malam ini kita punya misi melanjutkan perjuangan dan pemikiran Gus Dur agar Indonesia tetap terjaga sesuai dengan cita-citanya. Kita belajar dari Gus Dur tentang bagaimana menjalankan perubahan,” ujar pria yang akrab disapa Jay tersebut.

Dirinya juga menambahkan, dalam pertemuan ini para peserta akan diajak untuk saling berbagi pengalaman terkait kerja-kerja toleransi dan keberagaman.

“Dalam melakukan gerakan-gerakan ini ternyata penting juga kita melihat seberapa keberhasilan kita dalam kerja-kerja keberagaman dan toleransi. Dan tiga hari ke depan, kita akan merefleksikan itu dan saling berbagi tentang pengalaman kita,” terangnya.

Pelatihan ini sendiri terdiri dari berbagai sesi, di antaranya adalah analisis keadilan sosial keberagaman berbasis U-Theory, refleksi dan studi advokasi, rekayasa sosial, lobi dan negosiasi, hingga analisis stakeholder.

Pada sesi refleksi dan studi advokasi, fasilitator menggunakan metode world cafe dengan membagi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok didampingi oleh perwakilan dari kepolisian (Polres), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI), hingga Forum Pembauran Kebangsaan (FPK).

Melalui pelatihan ini peserta diharapkan mampu melakukan penguatan jejaring advokasi keberagaman, memahami cara mengelola diri dan masyarakat, hingga mampu menggunakan berbagai alat analisis sosial sebagai bekal membangun jejaring advokasi di daerah masing-masing.