Mengapa kami satu keluarga bisa kena Covid-19 dan akhirnya bisa sembuh? Ini pertanyaan penting, terutama bagi mereka yang sudah terkonfirmasi Covid-19 atau bagi mereka agar terhindar dari virus jahat itu. Awal-awal virus ini menyebar sungguh mencekam, seolah-olah siapa yang terkena, nyawa menjadi taruhannya. Betapa tiap hari kita mendengar berita kematian karena Covid-19.
Data terkini (2/12/2020) di Indonesia, yang terkonfirmasi sebanyak 549.508 orang, yang sembuh sebanyak 458.880 orang (83,5%), dan yang meninggal dunia 17.199 orang (3,1%). Artinya, banyak yang sembuh dan kembali pulih ketimbang yang meninggal dunia.
Jadi, ketika musibah Covid-19 mengenai kita, percayalah kepada Allah SWT bahwa dengan doa dan ikhtiar yang sungguh-sungguh kita akan disembuhkan oleh Allah SWT dengan kesembuhan yang sempurna. Kita akan berhasil melawan Covid-19. Ini sudah banyak dibuktikan oleh 83,5% dari pasien Covid-19.
Tentu doa dan ikhtiar pasien Covid-19 yang sembuh berbeda-beda. Ini semua tergantung pada tingkat gejala klinis yang menyerang pada tubuhnya. Ada orang yang positif Covid-19, tapi sehat-sehat saja, tanpa gejala klinis. Namun, ada yang positif dengan gejala klinis yang sangat serius. Penanganan dan ikhtiar dari semua gejala ini tentu berbeda-beda.
Berikut ini adalah refleksi saya sebagai penyintas Covid-19 yang akan kami share kepada teman-teman sekalian.
Pertama, jangan sepelekan Covid-19. Virus ini ada dan nyata. Bahkan virus ini mungkin sudah ada di sekitar kehidupan kita. Taat pada protokol kesehatan (pakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan jaga jarak) adalah wajib untuk melindungi jiwa kita dan orang lain (hifdh an-nafs).
Kedua, amati gejala awal klinis akibat masuknya Covid-19. Kasus saya, gejala yang muncul adalah badan panas, kepala mumet (pusing), badan pegal-pegal, lemas, hilangnya daya penciuman, lalu pada hari berikutnya muncul batuk-batuk dan sesak nafas. Gejala ini muncul bertahap dari hari pertama hingga hari keenam. Makan dan minum bisa jadi masih lancar.
Tes usap (swab test) dilakukan segera lebih baik untuk memastikan positif atau negatif Covid-19.
Apabila sudah muncul gejala ini, jangan tunggu sampai hari keenam. Lakukan penanganan secepatnya. Bisa dengan obat herbal (banyak sekali jenis herbal tersedia di masyarakat), bisa juga dengan obat kimiawi.
Intinya, bagaimana imunitas tubuh kita semakin meningkat. Makan dan minum bergizi yang banyak. Konsumsi vitamin C dan E. Berjemur sinar matahari pada pagi hari, sekitar jam 9-10. Berkumur dan memasukkan ke lubang hidung (seperti saat wudlu) setiap hari dengan air garam. Teteskan minyak kayu putih pada jari yang bersih, lalu minyak kayu putih ditempelkan pada ujung lidah dekat tenggorokan untuk ditelan.
Namun, jika gejala klinis sudah parah, seperti sesak napas, panas tinggi, dan batuk akut, maka penanganan di rumah sakit adalah terbaik. Dibawa ke rumah sakit juga sampai terlambat. Dokter lebih tahu dan lebih paham mana yang harus ditangani terlebih dahulu dengan peralatan lengkap yang tersedia.
Ketiga, baik penanganan (isolasi mandiri) di rumah ataupun di rumah sakit, kita harus tenang, bahagia, positive thinking, dan optimis bahwa Covid-19 pasti akan segera hilang seiring dengan munculnya antibodi dalam tubuh sekitar 7-14 hari. Imunitas tubuh kita harus terjaga.
Saya kebetulan sangat beruntung saat isolasi di rumah sakit ditemani, didampingi, dan juga dilayani oleh istri, sehingga hati saya tenang, damai, bahagia, dan selalu optimis. Motivasi dari istri, anak-anak, saudara-saudara, dan teman-teman juga membuat kami semakin bersemangat.
Keempat, sabar dan tabah. Penanganan Covid-19 butuh kesabaran dan ketabahan yang luar bisa. Kita harus jalani isolasi, baik secara mandiri di rumah, maupun di rumah sakit atau tempat yang tersedia minimal 13 hari. Kita tidak boleh berhubungan secara fisik dengan siapa pun.
Kita juga harus makan dan minum bergizi yang banyak, minum obat-obatan dan vitamin, baik herbal dan kimiawi. Ini semua membutuhkan kesabaran dan ketabahan yang tinggi. Tanpa kesabaran dan ketabahan, kita hanya akan stress menjalani isolasi ini dan berdampak tidak baik kepada tubuh dan jiwa kita.
Kelima, terakhir dan paling penting, berdoa dan tawakkal. Dari semua ikhtiar tersebut, jangan lupa selalu diiringi dengan doa kepada Allah Yang Maha Penyembuh. Setiap habis salat, berdoalah kepada Allah SWT. Bisa dibarengi dengan sholawat thibbil qulub, baca al-Qur’an, atau wasilah-wasilah lain yang bermanfaat.
Setelah itu, kita harus berserah diri secara total kepada Allah (tawakkal). Kita harus meyakini bahwa semua ini adalah musibah dan ujian yang diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, setelah semua ikhtiar kita lakukan, kita kembalikan semuanya kepada Allah untuk menyembuhkan dan memulihkan kesehatan kita.
Satu hal lagi yang saya pandang sangat penting dalam melawan Covid-19 adalah doa dan dukungan dari istri, anak-anak, keluarga, saudara, dan teman-teman semua, baik secara daring maupun luring. Ini sungguh sangat memotivasi kami. Ada yang dilakukan melalui telpon, Whatsapp, komentar di Facebook, Twitter dan Instagram. Ada juga yang kirim obat-obatan, madu, vitamin, makanan dan minuman. Kami merasa bahwa kami tidak sendirian. Doa dan dukungan teman-teman sungguh sangat berarti.
Melalui tulisan ini, saya ingin memberikan apresiasi yang luar biasa dan terima kasih yang mendalam kepada semua yang ikut serta mendoakan dan mendukung kesembuhan kami dalam melawan Covid-19.
Sumber: islami.co