“Tari sudah berangkat ke Taiwan tiga kali sekarang. Pertama kali bekerja di pabrik, selesainya gak baik-baik dan kontraknya dihentikan. Kenapa? Karena Tari meminta kepada mereka apa yang sudah dijanjikan kepada Tari. Akhirnya Tari dipulangkan,” ungkap Tari, sebagaimana yang terdokumentasi dalam Film Homebound.
Dalam rangka memperingati Internasional Women’s Day (IWD) GUSDURian Cirebon menggelar nonton bareng dan bedah film Homebound pada Sabtu (23/4) lalu di Gedung Creative Center Ahmad Djuhara, Kota Cirebon. Dalam peringatan IWD ini, GUSDURian Cirebon mengangkat isu terkait buruh migran yang terkandung dalam film Homebound.
Film Homebound bercerita tentang seorang buruh migran bernama Tari yang sudah ketiga kalinya bekerja di Taiwan. Tari pernah dipulangkan karena ia sempat menanyakan dan meminta janji-janji yang pernah ditawarkan dulu sebelum ia berangkat.
Dalam salah satu adegannya, Tari sebagai tokoh dalam film tersebut mengungkapkan, “Sponsor dan PJTKI selalu punya mulut manis untuk menebar rayuan. Janji-janjinya kadang berbanding terbalik dengan kenyataan. Yang penting kami ini akan terbang dan menjadi uang. Kami kan komoditi yang diperjualbelikan”.
Tetapi Tari tidak berhenti. Dia berangkat bekerja kembali sebagai buruh migran. Saat pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia termasuk Taiwan, Tari menghadapi kesulitan untuk kembali pulang ke rumah.
Film ini disutradarai oleh Ismail Fahmi Lubis yang kemudian hadir pada acara tersebut secara online. Selain itu, hadir pula narasumber seorang aktivis perempuan yang kencang menyuarakan isu-isu keperempuanan dan juga buruh migran yaitu Alifatul Arifiati.
Pada penyelenggaraan acara ini, GUSDURian Cirebon berkolaborasi dengan Cinema Cirebon, Fahmina Institute, dan Jaringan Peduli Kemanusiaan.