Social Media

Konsolidasi Komunitas GUSDURian Madura Perkuat Komitmen Keberagaman

Madura – Publik belakangan dihebohkan dengan beredarnya sebuah video tentang perlakukan seorang perempuan terhadap seorang nenek yang hidup sebatang kara. Video itu menjadi sorotan lantaran aksi perempuan tersebut dianggap sebagai upaya kristenisasi dengan melafalkan sejumlah kalimat yang biasa digunakan oleh umat kristiani. Sontak aksi tersebut memantik respons yang meluas dari sejumlah pihak. 

Menanggapi hal itu, Komunitas GUSDURian Se-Madura meliputi Sumenep, Pamekasan, dan Bangkalan melakukan konsolidasi untuk mengantisipasi reaksi yang meluas. Konsolidasi tersebut digelar secara virtual pada Selasa, 4 April 2023. 

Setelah ditelusuri, video tersebut ternyata diunggah melalui Channel Diana Maduranise dengan pemilik akun bernama lengkap Luluk Lismardiana. Yang bersangkutan diketahui saat ini berdomisili di Kalimantan, sebagaimana yang diungkapkan Syafiuddin, salah satu Penggerak GUSDURian Pamekasan, saat memaparkan hasil penelusuran. Ia menyebut video tersebut diunggah pada tahun 2022 lalu dan memang sang perempuan merupakan cucu dari nenek tersebut. Saat ini Diana diketahui pindah agama sejak lama. 

“Diana ini pulang sekali dalam satu tahun untuk memberikan sembako kepada neneknya sendiri dan kejadian itu sudah tahun 2022 kemarin, tapi baru viral sekarang,” ungkapnya. 

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk melakukan titik tengah baik melalui MUI, FKUB maupun sejumlah romo dan pendeta. 

“Pasca-kejadian itu, komunitas GUSDURian langsung berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk tidak membuat kejadian tersebut semakin meluas dan mengusik kerukunan masyarakat di Madura,” tandasnya. 

Video serupa lainnya juga terjadi di Bangkalan. Holik, Koordinator GUSDURian Bangkalan menyebut bahwa kalangan tokoh dan kiai di Madura merasa risih dengan rentetan kejadian ini yang membuat MUI se-Madura memberikan tindakan. 

“Kejadian itu membuat kiai risih mendengar kasus ini hingga MUI Se-Madura memberikan tindakan,” katanya. 

Ia juga menyebut adanya Kemungkinan kejadian seperti ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik. 

“Seperti yang diungkapkan teman-teman, bisa juga dengan adanya dugaan kepentingan atau dimanfaatkan untuk politik jika tidak ada penyelesaian ke depannya,” lanjutnya. 

Sementara itu, Zainullah, Koordinator GUSDURian Sumenep meminta kejadian ini menjadi pelajaran untuk memperkuat komitmen semua pemuka agama dalam merawat kerukunan di Madura.

“Kerukunan dalam beragama itu harus dibangun dengan komitmen bersama. Sejak dari leluhur, kita sudah sangat menjaga kehidupan yang rukun di Madura, dan ini perlu kita jaga terus,” ungkap Cak Zen, sapaan akrabnya. 

Ia menyebut kondisi Madura tidak sama dengan daerah lain, sehingga dalam mengemas keberagaman kita tidak berbenturan dengan semangat masyarakat Madura. 

“Dalam mengemas keberagaman di Madura memang dibutuhkan formulasi yang khusus, jangan sampai kemudian berbenturan dengan semangat masyarakat yang kuat,” tutupnya. 

Juga hadir dalam kesempatan tersebut Yuska Harimurti, Ulfa Hanna (Korwil GUSDURian Jawa Timur), serta Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian yang diwakili oleh Tim PPK dan Tim Jaringan & Advokasi.

Koordinator Komunitas GUSDURian Sumenep, Madura.