Komunitas GUSDURian Sukabumi Raya kembali menggelar Forum Group Discussion (FGD). Diskusi yang mengambil tajuk “Temu Kebangsaan Jejaring Keberagaman” tersebut bertempat di Gereja Baptis Baitani, Jalan RE Martadinata, Cikole, Kota Sukabumi pada Kamis (13/04/23) lalu.
Forum tersebut dimaksudkan untuk mempertegas bahwa Indonesia merupakan rumah bersama. Artinya semua unsur agama, kelompok, etnis, dan budaya harus diberikan ruang keterlibatan dalam mewarnai kehidupan berbangsa. Terlebih dalam berkontribusi memajukan pembangunan daerah Sukabumi melalui karya yang bisa digagas melalui kerja bersama.
Salah satu tokoh agama yang hadir, yaitu Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Daden Sukendar menegaskan bahwa yang harus menjadi problem itu bukan mereka yang berbeda, tapi masalah yang merusak tatanan kehidupan berbangsa.
“Seperti korupsi, kekerasan terhadap perempuan dan anak, diskriminasi, intoleransi dan terorisme,” ungkapnya.
Di Sukabumi, sambung pria yang akrab disapa Kang Dasuk itu, masih banyak kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak, di samping kasus korupsi yang juga perlu menjadi perhatian bersama.
“Seperti kasus yang terjadi SPK fiktif atau bodong, itu bentuk nyata korupsi dari perilaku pejabat kita. Angka kekerasan terhadap perempuan dan anak juga semakin hari kian meningkat. Maka, ke depan sesegera mungkin kita harus mulai mengambil langkah nyata untuk Sukabumi,” seru Direktur Penelitian Sosial dan Agama (Lensa) Sukabumi itu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pendeta Kristianto selau tuan rumah Forum FGD. Menurutnya, spirit toleransi yang sering digaungkan itu harus diterapkan di tengah masyarakat.
“Semangat toleransi kita jangan hanya lantang di ruangan tertutup saja, tetapi harus juga kita bawa di ruangan terbuka menjadi sebuah karya nyata,” katanya.
Melalui Forum FGD yang langsung dipandu oleh Koordinator GUSDURian Sukabumi Raya Herland Heryadie ini beberapa perwakilan tokoh memberikan tanggapan terhadap lanskap kehidupan berbangsa yang terjadi khususnya di Sukabumi.
Dalam penggalan kalimatnya, saat memandu jalannya diskusi, Herland Herydie memberi catatan terhadap Kota Sukabumi yang baru-baru ini meraih kategori sebagai Kota Toleran.
“Kota Sukabumi sebagai Kota Toleran perlu pengawalan, karena semangat toleransi kita tidak boleh pasif, ruang keterlibatan harus dibuka lebar-lebar oleh pemerintah bagi semua unsur,” ucapnya
Perlu diketahui, forum tersebut dihadiri kurang lebih 50-an orang perwakilan dari berbagai unsur keagamaan dan komunitas penggerak keberagaman di Kota dan Kabupaten Sukabumi.