Social Media

Halalbihalal dan Rembug Sedulur: Upaya GUSDURian Banjarnegara untuk Sadar Utuh

Komunitas GUSDURian Banjarnegara mengadakan halalbihalal dan Rembug Sedulur pada Kamis, 27 April 2023 yang bertempat di Gedung Serbaguna Ahmadiyah, Kecamatan Bawang, Banjarnegara. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 50-an peserta yang terdiri dari anggota-anggota komunitas, tamu undangan, dan beberapa jejaring. Kegiatan ini menjadi momentum untuk mempererat persaudaraan dalam nuansa Lebaran 1444 H sekaligus sebagai upaya merawat jaringan dan komponen lintas iman khususnya di Banjarnegara.

Rembug Sedulur merupakan salah satu forum di Komunitas GUSDURian Banjarnegara yang melibatkan seluruh komponen komunitas di dalamnya. Acara ini lebih kepada forum udar rasa sebagai media perjumpaan. Karena masih di bulan Syawal 1444 H, Rembug Sedulur sekaligus menjadi momen untuk saling memaafkan diri sendiri dengan masa lalunya sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas diri di masa mendatang. Hal tersebut disampaikan oleh Masturido selaku Co-Coordinator GUSDURian JaTeng-DIY dan Koordinator Komunitas GUSDURian Banjarnegara. Kegiatan juga dihadiri pula oleh Faza Luthfia (Co-Coordinator GUSDURian JaTeng-DIY) dan beberapa penggerak muda Komunitas GUSDURian Wonosobo.

Dalam kesempatan tersebut pula, telah terjadi pergantian Koordinator Komunitas GUSDURian Banjarnegara. Yaitu terpilihnya Hanafi Slamet Sugiarto sebagaimana mufakat dalam forum Penggerak Komunitas saat Ramadan sebelumnya di hadapan para penggerak komunitas yang hadir di acara halalbihalal dan Rembug Sedulur. Selain itu, diumumkan pula PIC dari GUSDURian Peduli Banjarnegara, yang mana dipilihlah Henricus Tony Kristianto.

Para Dewan Pembina yang terpilih dengan berbagai latar belakang kompetensi dan agama juga menjadi semangat baru untuk terus menata Komunitas GUSDURian Banjarnegara. Nama-nama para Dewan Pembina yang dimaksud di antaranya: Bayu Marjono, Budi Raharjo, Kuncahyadi, Masturido, Afton (Ahmadiyah JaTeng 2), Romo Yeppy Emmanuel, Waridi (Ketua Budha Banjarnegara), Pdt. Lukas Suhardi (GPSDI), dan Resi Yepi Teguh (PHDI Banjarnegara).

Sebagaimana Masturido selaku koordinator dan para penggerak komunitas sebelumnya yang telah meneladankan, mulai dari cikal bakal berdirinya Komunitas GUSDURian Banjarnegara di Triwulan akhir 2017 hingga sekarang, maka meneruskan yang telah terbangun dan melebarkan Lingkaran Pengaruh menjadi kepentingan bersama di dalamnya.

Menindaklanjuti hasil follow up Pertemuan Komunitas (community meeting) ketika Ramadan lalu menjadi sarana menelurkan gagasan dan membumikan Nilai, Pemikiran, dan Keteladan Gus Dur di Banjarnegara. Tentunya, dalam kapasitas dan kemungkinan yang masih dapat diupayakan untuk ditunaikan oleh komponen Komunitas GUSDURian Banjarnegara.

Faza Luthfia selaku Co-Coordinator GUSDURian JaTeng-DIY, di mana Banjarnegara sebagai salah satu dari dampingan komunitasnya, memberikan pengarahan dan semangat merawat persaudaraan bagi komponen Komunitas GUSDURian Banjarnegara.

“Peran serta masing-masing sangatlah penting. Sinergisitas antargenerasi di dalamnya, jejaring individu yang dapat berkembang sebagai jejaring komunitas, tiap anggota memiliki peran serta masing-masing dan menjadi proaktif dalam hal ini menjadi kesadaran bersama,” ungkap perempuan yang akrab disapa Faza tersebut.

Momen Rembug Sedulur juga dalam rangka meneguhkan dan meyakinkan diri sebagai individu GUSDURian yang telah tergabung dalam Komunitas GUSDURian Banjarnegara untuk lebih menghadirkan diri sesuai kapasitasnya dalam rangka bersama-sama mengaplikasikan 9 Nilai Utama Gus Dur. Bahwasannya tidak berhenti pada koordinator dan penggerak komunitas semata dalam upaya-upaya nyata menghadirkan karya di Banjarnegara, namun juga keterlibatan komponen komunitas dalam hal ini para anggotanya juga penting untuk dimunculkan. Proses silaturahim gagasan yang kemudian berkembang menjadi silaturahim karya menjadi penting untuk disadari bersama.

GUSDURian bukanlah sebagai pemadam kebakaran, artinya hanya muncul manakala setelah terjadinya peristiwa. Namun lebih kepada menjaga agar titik-titik api tersebut dapat dicegah. Banjarnegara sebagai kabupaten dengan tampak luarnya yang seakan adem ayem, ternyata menjadi suatu PR besar manakala saat salah satu warganya teridentifikasi sebagai teroris yang saat itu berhubungan dengan kejadian di Filipina. Pun dengan kejadian-kejadian yang mengarah ke intoleransi dan eksklusivitas dalam beragama.

Apalagi menjelang tahun-tahun politik juga menjadi perhatian bersama. Maka, terkhusus kepada para Tokoh Agama yang telah terjaring di komunitas dan para GUSDURian di dalamnya memiliki peran vital dalam membumikan Nilai-Nilai Gus Dur dalam kemasan yang sesuai dengan sasaran kegiatan di Banjarnegara. Bahwa perjumpaan menjadi penting untuk dilakukan, tak semata perjumpaan formal namun lebih kepada perjumpaan seduluran yang bersifat kontinyu. Menukil kalimat dari salah satu Dewan Pembina Komunitas, Bayu Marjono, bahwa dalam keadaan sadar utuh penting untuk menjaga persatuan bangsa, toleransi kebersamaan umat, serta menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Penggerak Komunitas GUSDURian Banjarnegara, Jawa Tengah.