Social Media

Gema 9 Nilai Utama Gus Dur di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Sabtu, 17 Juni 2023 merupakan hari pelaksanaan Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) Vol. 3 GUSDURian Surabaya (Gerdu Suroboyo) sebagai lanjutan dari KPG vol. 1 yang telah sukses dilaksanakan di Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dan Vol. 2 di Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya.

Acara ini terlaksana melalui kolaborasi dengan sepuluh organisasi mahasiswa dan kepemudaan di Surabaya, yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UINSA, Pemuda Katolik Surabaya, Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Surabaya, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Hukum UNTAG, Himpunan Mahasiswa Program Studi Agama-Agama (HIMA PRODI-SAA) UINSA, Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Young Buddhist Association, Roemah Bhinneka Moeda, dan GUSDURian Peduli.

Membahas 9 Nilai Utama Gus Dur (NUGD), para peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai universitas di Surabaya menyimak materi yang disampaikan dengan asyik dan energik oleh tiga narasumber, yaitu Aan Anshori dari Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD), Dian Jennie dari Puan Hayati, dan Akhol Firdaus, Direktur Institute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung.

Ketiga narasumber masing-masing membedah tiga nilai Gus Dur. Akhol Firdaus mendapatkan giliran pertama menjelaskan NUGD tentang ketauhidan, kemanusiaan, dan keadilan.

Pak Akhol, sapaan akrabnya, menekankan bahwa cita-cita dan emansipasi Gus Dur bukanlah barang jadi. Dalam hal ideologi, metode yang Gus Dur anut sangat sederhana, alih-alih membahas Tuhan, Gus Dur justru membahas manusia.

“Gus Dur lebih banyak menyoroti tentang kemanusiaan. Sebab ketauhidan dan keadilan sudah termasuk di dalamnya,” papar dosen IAIN Tulungagung tersebut.

Narasumber yang kedua, Aan Anshori mendapat bagian menjelaskan NUGD tentang kesetaraan, pembebasan, dan kesederhanaan.

Dosen Universitas Ciputra World Surabaya ini memaknai kesetaraan dengan equal (sama) dan equity (keadilan) dalam affirmative action. Sedangkan dalam konteks kesederhanaan, tidak terlalu melihat pada kekayaan dan kenyamanan menjadi poin utama yang ditekankan.

“Berdakwah lewat tindakan jauh lebih ampuh daripada lewat omongan,” ujarnya. Ini merupakan sikap keteladanan Gus Dur yang menghasilkan pembebasan khususnya bagi masyarakat yang termarjinalkan.

Dian Jenny, narasumber terakhir menjelaskan NUGD tentang kekesatriaan, persaudaraan, dan kearifan tradisi.

Puan penghayat ini mengafirmasi bahwa sembilan nilai yang dikristalkan dari NPK Gus Dur memiliki keterkaitan erat dengan Pancasila. Nilai persaudaraan (welas asih) dan kearifan tradisi (pemikiran dan tindakan yang sesuai dengan tradisi keindonesiaan) merupakan nilai yang digaungkan Gus Dur.

“Gus Dur adalah tokoh agama sekaligus bapak bangsa. Beliau memiliki kehidupan yang sederhana dan pemikiran yang tinggi,” tandasnya.

KPG Vol. 3 yang dilaksanakan di Universitas Katolik dan dihadiri oleh mahasiswa yang mayoritas beragama Islam memiliki makna tersendiri sebagai perwujudan NUGD dalam kehidupan sosial.

Penggerak Gerdu Suroboyo/Komunitas GUSDURian Surabaya, Jawa Timur.